JAKARTA – Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Luky Alfirman mengatakan bahwa kebutuhan infrastruktur atau yang lebih dikenal dengan infrastructure gap, saat ini sangat besar.
Penggunaan dana untuk memenuhi kebutuhan tersebut masih didominasi oleh pembiayaan yang konvensional. Selain itu, pembiayaan yang menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) juga sangat terbatas.
“Kita semua tahu bahwa kebutuhan Infrastruktur di Indonesia sangat luar biasa besarnya, namun kemampuan kita sangat terbatas. Inilah kenapa kita harus mencari sumber pembiayaan lainnya, bagaimana Indonesia dapat menerapkan alternatif pendanaan,” ujar Luky di acara International Monetary Fund-World Bank Group Annual Meetings 2018 (IMF-WBG AM 2018), Kamis (11/10/2018).
Baca Juga: Garap Tol Pasuruan-Probolinggo, Mandiri Syariah Beri Pinjaman Rp750 Miliar
Sementara itu, Direktur Keuangan Jasa Marga Donny Arsal mengatakan, sejak tahun 2017, Jasa Marga sebagai BUMN yang menjalani bisnis utama sebagai pengembang dan operator jalan tol menerbitkan alternatif pendanaan. Karakteristik bisnis jalan tol yang unik, saat ini telah memiliki paradigma berbeda sehingga patut dipasarkan kepada publik, terutama bagi para calon investor.
Mengusung tema “Prioritas Dalam Mendukung”, Donny menjelaskan lingkungan bisnis di industri jalan tol yang kondusif. Sebagai contohnya, sistematika pembebasan tanah yang sudah semakin baik serta dukungan Pemerintah melalui kebijakan/regulasi menjadi faktor kunci Jasa Marga dalam menerapkan skema alternatif pendanaan.