Kebijakan stimulus ekonomi dari The Fed pada saat itu menguntungkan negara emerging market, terlebih ditambah ekonomi China yang menguat sehingga permintaan dari negara tersebut tinggi. Juga didukung harga komoditas yang tinggi pada masa itu.
"Itulah kenapa ekonomi Indonesia pernah tumbuh 6,5% karena komoditas itulah sebenarnya. Tapi yang tidak bisa bikin tinggi lagi pertumbuhan ekonomi karena komoditas itu umurnya pendek, sementara harganya tidak stabil, fluktuatif. Beda dengan bidang manufaktur yang relatif stabil karena berdasarkan permintaan," papar dia.
Kejayaan harga komoditas yang tinggi pun berakhir di 2013, puncaknya di tahun 2014-2015. Hal itu yang membuat target pertumbuhan ekonomi setidaknya ke 7% sulit bisa tercapai.
"Kita juga belum selesaikan PR besar yakni industrialisasi. Itu yang absen dari ekonomi Indonesia," katanya.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)