JAKARTA – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) optimistis jumlah perusahaan yang tercatat di pasar modal Indonesia bisa mencapai 1.000 emiten dalam kurun waktu dua hingga tiga tahun ke depan.
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Inarno Djajadi menyang gupi permintaan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang menginginkan 1.000 perusahaan publik dan tercatat di bursa saham. Saat ini jumlah emiten di pasar modal telah mencapai 615 perusahaan. Dengan demikian, BEI harus mengejar sekitar 385 perusahaan lagi untuk mencapai target tersebut.
“Rasanya untuk 1.000 emiten kita akan berusaha semaksimal mungkin, sekarang itu sudah 615 emiten. Mudah-mudahan dalam 2-3 tahun ke depan bisa mencapai 1.000 emiten,” kata Inarno di Jakarta.
Baca Juga: 25% Emiten Belum Penuhi Standar Tata Kelola Perusahaan yang Baik
Menurut dia, hingga saat ini sudah ada 53 perusahaan yang melakukan penawaran umum saham perdana ke publik atau initial public offering (IPO) dalam kurun waktu satu tahun terakhir.
Di sisi lain, masih ada 10 perusahaan yang sudah berencana masuk bursa. Jadi, total emiten yang tercatat di bursa mencapai 615 perusahaan. “Sekarang itu sudah ada penam bahan sebanyak 53 emiten sepanjang 2018, sedangkan di pipline yang segera IPO seba nyak 10 perusahaan,” paparnya.
Inarno menjelaskan, untuk mencapai target 1.000 emiten tersebut, BEI terus melakukan sosialisasi terhadap calon emiten. Hal ini dilakukan terutama kepada sejumlah anak perusahaan yang induk usahanya telah tercatat di pasar modal Indonesia. Dengan begitu, anak perusahaan itu bisa memilih sumber pendanaan melalui pasar modal.
“Kita selalu melakukan sosialisasi kepada calon emiten terutama yang eksisting karena mereka punya anak usaha, BEI punya tim khusus yang mendorong mereka untuk go public,” imbuhnya.
Baca Juga: Penyelesaian Transaksi Bursa Kini Menjadi Dua Hari
Selain itu, BEI juga me lakukan inovasi untuk mempermudah perusahaan yang ingin masuk ke dalam pasar modal dengan mengembangkan sistem penyampaian dokumen pencatatan secara elektronik (e-Registration), IDXnet Enhancement untuk menyediakan pengumuman dalam dua bahasa dan integrasi dengan SPE Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Di sisi lain, BEI juga mengembangkan sistem penawaran umum elektronik (EBook Building) melalui suatu platform digital. Dengan begitu, saat perusahaan akan IPO, pemesanan efek dapat dilakukan dari seluruh wilayah di Indonesia.