Semakin Tren, Industri Syariah di Tanah Air Berkembang Pesat

Koran SINDO, Jurnalis
Minggu 17 Maret 2019 12:14 WIB
Ilustrasi: Foto Shutterstock
Share :

Namun, kata dia, semua itu tidak untuk masyarakat muslim zaman sekarang. Di era keterbukaan informasi dan teknologi saat ini, bukan hanya sadar bahwa makanan yang disantapnya tidak mengandung babi dan minumannya tidak mengandung alkohol, namun masyarakat lebih memastikan kehalalan makanan mereka.

“Halal itu melihat proses dari awal makanan itu dibuat. Kalau daging bagaimana proses pemotongannya, lalu proses memasak, apakah alat masaknya dicampur dengan makanan yang berbahan babi, bagaimana dapurnya,karena harus terpisah antara penyajian makanan halal dan tidak,” ungkapnya.

Bambang menegaskan, tantangan sektor wisata halal ini memiliki biaya yang mahal. Sebab semua butuh sertifikasi halal yang untuk pengujiannya saja membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Belum lagi di beberapa negara masih belum ada lembaga penguji halalnya sehingga harus mendatangkan dari negara muslim seperti Malaysia. Meskipun biaya tinggi namun banyak negara sudah menerapkan konsep wisata halal.

Bahkan, kini terdapat alternatif pilihan wisata yang akrab disebut sebagai moeslem friendly tour. Bagi wisatawan kegiatan ini lebih murah karena tidak bersertifikasi halal. Bambang menyontohkan, beberapa restoran di Jepang yang tidak memiliki sertifikasi halal namun chefnya muslim sehingga dipastikan dia menyajikan makanan halal. “Kami diundang, pemiliknya non muslim orang asli Jepang namun chefnya didatangkan langsung dari Malaysia. Ramah bagi wisatawan muslim tentunya,” tandasnya.

Pelayanan lebih bagi wisatawan muslim memang sesungguhnya menjadi standar baru dunia wisata. Karena halal sudah menjadi menjadi kesatuan bukan cuma tidak terdapat bahan yang dilarang bagi umat muslim namun juga bersih dan baik. Mengutip Global Muslim Travel Index 2018 Pariwisata Islami mengalami kenaikan pertumbuhan yang pesat.

Tahun 2017 jumlah wisatawan 131 juta orang. Diprediksikan tahun 2020 jumlah wisatawan muslim mencapai 158 juta orang. Ini terjadi sebab, populasi muslim diperkirakan akan bertambah 35% dalam 20 tahun ke depan, berkembang dari USD1,6 miliar pada 2010 atau dari 23.4% populasi dunia meningkat menjadi USD2,2 miliar pada 2030 atau sekitar 26.4% populasi dunia.

Melihat pasar muslim yang besar, Bambang berharap industri di Indonesia khususnya makanan dapat meningkatkan kualitas dengan memiliki sertifikasi halal. Indonesia bukan hanya sebagai penyumbang wisatawan namun mampu menjadi tempat destinasi wisata muslim. Selain restoran bersertifikat halal, Bambang menyoroti juga mushola di Indonesia harus diperbaiki terutama yang dekat dengan tempat kunjungan wisata.

Dengan demikian maka warga lokal maupun wisatawan merasa nyaman beribadah. “Bukan hanya memikirkan wisatawan saja namun paling tidak masyarakat muslim di Indonesia juga mendapat manfaatnya. Tidak ada keraguan jika ingin makan di restoran chinnesefood, misalnya,” tuturnya.

(Dani Jumadil Akhir)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya