JAKARTA - Dolar AS menguat pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB) setelah tiga hari berturut-turut merugi, dan mata uang berisiko kembali jatuh. Hal ini karena sentimen risiko berkurang di tengah melonjaknya infeksi COVID-19 meningkatkan selera terhadap mata uang safe-haven.
Sebagai tempat berlindung yang aman, mata uang AS cenderung naik pada saat ada tekanan keuangan dan ekonomi yang mengakibatkan selera risiko lebih rendah.
Indeks S&P 500 dan Dow bersama dengan imbal hasil obligasi pemerintah AS juga lebih rendah, menunjukkan suasana yang umumnya suram di pasar keuangan.
Baca Juga: Dolar Lesu di Tengah Membaiknya Data Ekonomi AS
Dolar mengurangi keuntungan dan mata uang berisiko memotong kerugian awal setelah data ekonomi AS yang positif - kenaikan aktivitas pabrik ke level tertinggi dalam lebih dari 13 tahun pada Januari dan kenaikan tak terduga 0,7% dalam penjualan rumah.
Greenback telah jatuh terhadap sekeranjang mata uang selama tiga sesi beruntun karena optimisme pasar tentang rencana stimulus fiskal Presiden AS Joe Biden mendorong pedagang untuk mencari aset-aset berisiko, menghasilkan keuntungan di mata uang seperti dolar Selandia Baru dan Australia.
Tapi tren itu berhenti pada Jumat (22/1), karena sentimen risiko pasar mundur. Saham global tergelincir dari rekor tertinggi ketika dolar AS stabil, naik 0,1%pada hari itu di 90,209.