JAKARTA - Dolar AS melemah pada perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB). Pelemahan dolar AS empat hari berturut-turut.
Dolar AS mencapai level terendah terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya sejak akhir Februari di tengah meredanya kekhawatiran bahwa lonjakan inflasi dapat mendorong Federal Reserve menaikkan suku bunga lebih cepat dari yang diperkirakan.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS terhenti karena investor semakin yakin bahwa Fed akan menunda pengetatan kebijakan moneter akomodatifnya, meskipun ada indikator yang mengkhawatirkan bahwa permintaan yang meningkat dan pasokan yang langka mengirim harga-harga melonjak.
Baca Juga: Gagal Ambil Peluang, Rupiah Melemah ke Rp14.297/USD
Kenaikan harga-harga tersebut telah memicu kekhawatiran inflasi jangka panjang, terlepas dari jaminan bank sentral bahwa lonjakan tersebut akan bersifat sementara.
"Pasar telah mendekati ekspektasi Fed bahwa inflasi akan naik dalam waktu dekat tetapi akan stabil dan menurun dalam beberapa bulan mendatang," kata Joe Manimbo, analis pasar senior di Western Union Business Solutions di Washington.
"Persepsi Fed dapat tertinggal dari bank-bank sentral lainnya dalam menormalkan kebijakannya."
Beberapa pembuat kebijakan Fed diperkirakan akan berbicara minggu ini dan bank sentral AS akan merilis risalah dari pertemuan kebijakan April pada Rabu waktu setempat, yang semuanya akan diuraikan untuk tanda-tanda perubahan dalam prospek ekonominya.
"Selama Fed mempertahankan sikap kebijakan yang sangat dovish ini, itu akan membuat dolar rentan," tambah Manimbo. "Karena itu, Fed mengindikasikan perubahan arah mungkin tidak lama lagi jika kita melihat data yang kuat, terutama di pasar kerja dan inflasi."