JAKARTA - Harga minyak bergerak stabil pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), setelah mencapai level tertinggi dalam lebih dari dua tahun. Harga minyak bergerak stabil karena pertumbuhan produksi minyak mentah AS dan penundaan pembukaan kembali COVID-19 Inggris mengurangi ekspektasi untuk pertumbuhan permintaan bahan bakar dan pasokan yang lebih ketat.
Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus terangkat 17 sen menjadi ditutup di 72,86 dolar AS per barel. Di awal sesi, harga Brent mencapai 73,64 dolar AS per barel, tertinggi sejak April 2019.
Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Juli menyusut tiga sen menjadi menetap di 70,88 dolar AS per barel, setelah sebelumnya menyentuh 71,78 dolar AS per barel, tertinggi sejak Oktober 2018.
Baca Juga: Permintaan Meningkat, Harga Minyak Dunia Naik Lagi
Pasar bereaksi negatif terhadap perkiraan Badan Informasi Energi AS (EIA) bahwa produksi minyak serpih, yang menyumbang lebih dari dua pertiga produksi AS, diperkirakan akan naik sekitar 38.000 barel per hari (bph) pada Juli menjadi sekitar 7,8 juta barel per hari.
"Kami memulai dengan kuat di tengah ekspektasi bahwa situasi permintaan sedang membangun momentum karena tingginya vaksinasi COVID," kata Analis Senior Price Futures Group, Phil Flynn, di Chicago. “Kemudian laporan EIA menyebabkan hilangnya kepercayaan.”
Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan pada Jumat (11/6/2021) bahwa pihaknya memperkirakan permintaan global akan kembali ke tingkat pra-pandemi pada akhir tahun 2022, lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya.
IEA mendesak Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, untuk meningkatkan produksi guna memenuhi permintaan.