"Ini dapat dilihat dari defisit anggaran yang sudah turun perlahan dan kembali di bawah 3%. Jadi kenapa utang? karena kita menerima penerimaan saat ekonomi naik lagi. Tahun ini 2 bulan pertama penerimaan di atas 30%, jadi APBN tool, kalau dibutuhkan dia kerja keras dan saat sudah membaik dia disehatkan kembali," pungkas Sri.
Sebagai informasi, Kementerian Keuangan mencatat, utang pemerintah hingga akhir Januari 2022 mencapai Rp 6.919,15 triliun, bertambah Rp10,28 triliun dibandingkan bulan sebelumnya atau Rp686,01 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
(Feby Novalius)