Sementara itu, pendapatan bunga dan pendapatan syariah Bank Jago tumbuh lebih tinggi, yakni meningkat 340% menjadi Rp 705 miliar sepanjang kuartal II. Dengan demikian, pendapatan bunga bersih ARTO tercatat sebesar Rp 641 miliar atau tumbuh 361% secara secara tahunan.
Adapun, pendapatan bunga dan pendapatan syariah ini didorong oleh penyaluran kredit dan pembiayaan syariah yang tumbuh 234% menjadi Rp 7,26 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp2,17 triliun.
Secara year to date, penyaluran kredit dan pembiayaan syariah meningkat Rp 1,89 triliun atau tumbuh 35% dibandingkan akhir 2021 yang tercatat Rp 5,37 triliun.
Kharim menjelaskan, pertumbuhan tinggi pada penyaluran kredit dan pembiayaan syariah ini ditopang oleh kolaborasi dengan sejumlah fintech lending, multifinance, dan institusi keuangan digital lainnya dalam kerja sama pembiayaan.
Hingga akhir Market 2022, perseroan telah berkolaborasi dengan 34 institusi, seperti Atome, Kredit Pintar, Home Credit, Carsome Indonesia, dan BFI Finance.
“Kami akan terus memperluas dan memperdalam kolaborasi dengan ekosistem keuangan. Ini merupakan strategi kami untuk aktif mendatangi para nasabah di manapun mereka berada,” ujar dia.
Pertumbuhan DPK yang tinggi mendorong perbaikan rasio likuiditas atau loan to deposits ratio (LDR) menjadi 119% pada akhir kuartal II 2022 dari 146% pada akhir 2021.
Bank Jago mencatatkan NIM 10,8% dan memiliki rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) 110%, cukup kuat untuk mendukung ekspansi bisnis ke depan. Hingga akhir Juni 2022 Bank Jago mencatatkan total aset sebesar Rp 14,61 triliun, tumbuh 44,8% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
(Taufik Fajar)