Selain Adaro, distributor iPhone PT Erajaya Swasembada Tbk. (ERAA) juga melakukan buyback atas 3 miliar sahamnya. ERAA mengalokasikan dana senilai Rp300 miliar untuk pembelian kembali 3 miliar saham tersebut. Selain dua emiten tersebut, emiten-emiten lain yang juga tengah melakukan buyback di antaranya PT Delta Dunia Makmur Tbk. (DOID), PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (INTP), PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG), PT United Tractors Tbk. (UNTR), hingga PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI).
Menurut analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto, tren buyback saham di kalangan emiten-emiten berkapitalisasi besar dinilai tetap minim dalam beberapa waktu ke depan. Dirinya mencatat harga saham-saham berkapitalisasi besar telah mendekati level normalnya.
“Untuk saat ini kami tidak melihat banyak saham big caps yang masih undervalue. Rata-rata sudah menguat mendekati harga wajarnya,” ujarnya.
Disampaikannya, aksi buyback hanya akan dilakukan emiten ketika terjadi penurunan harga yang cukup dalam. Aksi korporasi ini pun perlu diikuti dengan ketersediaan dana tidak terpakai (idle) dari masing-masing emiten.
“Kami melihat tren buyback tidak akan marak dalam waktu dekat. Yang lebih relevan saat ini adalah pembagian dividen karena rata-rata membukukan laba yang cukup kuat sejak tahun lalu,”ungkapnya.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)