JAKARTA - PT Adaro Minerals Tbk (ADMR) mengantongi laba inti sebesar USD291,58 juta atau setara Rp4,54 triliun. Adapun, kenaikan laba ditopang oleh kenaikan harga jual rata-rata atau average selling price (ASP), di mana ASP naik hingga 105%. Hal ini dikarenakan tingginya permintaan pasca pandemi Covid-19, juga peristiwa geopolitis.
Selain itu, profitabilitas perseroan juga didorong oleh volume penjualan hingga September 2022 yang naik 41% menjadi 2,19 juta ton.
“Tahun 2022 merupakan tahun yang menggembirakan bagi perseroan, yang memulai tahun dengan penawaran saham perdana di awal kuartal, serta mencapai harga-harga tertinggi dalam sejarah untuk produknya di kuartal kedua,” kata Presiden Direktur dan CEO Adaro Minerals, Christian Ariano Rachmat dalam keterangan resminya, dikutip Selasa (1/11/2022).
Di samping itu, pendapatan usaha perseroan juga tercatat naik sebesar 188% menjadi USD666,48 juta atau setara Rp10,39 triliun, dari sebelumnya sebesar USD231,31 juta.
Berdasarkan laporan keuangan, segmen pertambangan batu bara mencatatkan pendapatan sebesar USD664,40 juta atau setara Rp10,36 triliun, dan pendapatan jasa lainnya tercatat sebesar USD3,55 juta atau setara Rp55,46 miliar, dengan eliminasi sebesar USD1,47 juta.
Dari sisi pengeluaran, beban pokok pendapatan ADMR naik 80% menjadi USD252 juta atau Rp3,92 triliun, dari sebelumnya sebesar USD139,62 juta. Hal ini utamanya disebabkan oleh kenaikan royalti akibat tingginya volume penjualan dan harga jual rata-rata.