"Menurut pertimbangan manajemen, pilihan terbaik saat ini adalah berinvestasi pada pengembangan bisnis untuk memaksimalkan penciptaan nilai," kata Heri.
Selanjutnya, ADMR menilai pasar yang solid dan kondisi harga yang positif pada tahun 2022 memungkinkan perusahaan untuk mempercepat investasi pada bisnis mineral dan pengolahan mineral untuk menangkap peluang ekonomi hijau dan mendukung inisiatif pemerintah untuk mengembang.
Tahun ini, perseroan mengalokasikan belanja modal sekitar Rp1 triliun-Rp1,35 trililiun. Investor Relation ADMR, Danuta Komar pernah bilang, tahun ini ADMR akan mengalokasikan belanja modal atau capex sebesar USD70 juta – USD90 juta untuk segmen batu bara metalurgi. Dengan estimasi kurs Rp15.000 per dolar AS, alokasi capex setara dengan Rp1 triliun-Rp1,35 triliun.
“Anggaran belanja modal ini belum termasuk belanja modal untuk smelter aluminium. Perusahaan memperkirakan pencapaian financial close proyek ini pada semester I/2023 dan akan membuat pengumuman lebih lanjut mengenai porsi ekuitas di kemudian hari,” ujarnya.
Sebelumnya, ADMR diketahui akan menyiapkan capex hingga US$1,1 miliar atau setara engan Rp16,3 triliun apabila memasukkan pengembangan smelter aluminium dalam hitungan.
Terkait dengan smelter aluminium tersebut, pada 2022 ADMR juga telah melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman dengan Hyundai Motor Company untuk produksi dan suplai aluminium, dan penandatanganan Perjanjian Penyertaan Saham Bersyarat, melalui perusahaan anak, untuk proyek smelter aluminium. ADMR juga akan meningkatkan target penjualan batu bara metalurgi tahun ini mencapai 4,3 juta ton dibandingkan dengan pada 2022 mencapai 3,2 juta ton.
(Taufik Fajar)