Goldman Sachs Pangkas Proyeksi Ekonomi China Jadi 5,4% Tahun Ini

Dovana Hasiana, Jurnalis
Senin 19 Juni 2023 12:28 WIB
Ilustrasi ekonomi RI. (Foto: Freepik)
Share :

JAKARTA — Goldman Sachs Group Inc menjadi bank terbaru yang memangkas proyeksi ekonomi China dari 6% menjadi 5,4%.

Hal itu lantaran negeri tirai bambu tersebut dinilai memiliki keterbatasan pilihan untuk meningkatkan stimulus.

 BACA JUGA:

Walaupun China sudah menerapkan pelonggaran kebijakan, tim ekonom Goldman menilai itu tidak akan melebihi yang diterapkan pada yang terjadi sebelumnya, termasuk tahun 2020.

Stimulus properti dan infrastruktur mungkin akan tepat sasaran dan moderat mengingat adanya penurunan populasi, tingkat utang yang tinggi, dan seruan Presiden Xi Jinping untuk menekan aksi spekulasi di sektor properti.

 BACA JUGA:

"Menggunakan rute lama yang sama dengan menggunakan properti dan infrastruktur untuk merekayasa pemulihan ekonomi yang kuat akan menjadi tidak konsisten dengan jenis 'pertumbuhan berkualitas tinggi' yang telah berulang kali ditekankan oleh pemimpin China," kata laporan itu, dilansir Bloomberg, Senin (19/6/2023).

 

Ekspektasi untuk lebih banyak dukungan kebijakan termasuk pengeluaran pemerintah untuk membayar infrastruktur dan juga langkah-langkah pelonggaran properti meningkat minggu lalu.

Beberapa analis memperkirakan kemungkinan bahwa pemerintah pusat akan menerbitkan obligasi dengan tujuan khusus untuk mendanai proyek.

Data bulan Mei yang dirilis pekan lalu menunjukkan pemulihan ekonomi yang melemah.

Sementara, bank sentral People’s Bank of China (PBOC) juga memangkas suku bunga kebijakan untuk meningkatkan sentimen.

Sebelumnya, Dewan Negara yang merupakan kabinet China untuk mengkoordinasikan kebijakan di antara kementerian pemerintah pusat dan bank sentral, menyerukan kebijakan lebih kuat untuk mendukung ekonomi.

Mereka mengatakan langkah-langkah baru sedang dipelajari dan akan diadopsi pada waktu yang tepat, namun tidak menyebutkan rincian lebih lanjut.

"Kami menilai bahwa hambatan pertumbuhan kemungkinan besar akan terus berlanjut saat pemerintah China dibatasi oleh pertimbangan-pertimbangan ekonomi dan politik dalam memberikan stimulus," kata para ekonom Goldman.

Mereka tidak memperkirakan pemerintah pusat akan menerbitkan obligasi negara khusus karena obligasi ini hanya pernah dijual tiga kali di masa lalu selama periode yang sangat sulit.

Di mana itu termasuk pandemi pada tahun 2020 dan selama krisis keuangan Asia pada tahun 1998.

(Zuhirna Wulan Dilla)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya