Kendati demikian, Bhima menegaskan, seandainya pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa tumbuh hingga mencapai 5%, konsumsi rumah tangga masih menjadi penopang terbesar.
“Masih, masih konsumsi rumah tangga untuk tahun ini karena ekspor dan investasi belum bisa diandalkan untuk 2024,” imbuhnya.
Penyebab lain yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi adalah kebijakan suku bunga yang naik pada 2023 dan kekhawatiran masyarakat terhadap lapangan kerja yang kian menyempit.
“Terus selain bahan pangan yang masih tinggi juga konsumen atau masyarakat mengkhawatirkan ketersediaan lapangan pekerjaan yang semakin menyempit. Dan juga ada tekanan juga dari sisi kebijakan suku bunga yang sempat naik di 2023. Jadi, dampaknya tuh dirasakan di 2024,” imbuhnya.
(Feby Novalius)