“Kuncinya adalah mendorong potensi kerja kamu untuk diukur secara tepat mengapa kamu berhak menerima sejumlah uang tersebut dan kemudian kamu bisa membuat cerita di sekitar itu,” jelas Howell.
Selain itu, “Minta mereka untuk segera bisa menjawabnya,” tambah Howell.
Lalu bagaimana jika dalam sebuah lamaran, pelamar tidak mengetahui kisaran gaji? Pelamar bisa bertanya langsung ke perekrut mengenai kisaran gaji tersebut. “Mengingat undang-undang transparansi gaji yang baru, banyak perusahaan berbagi kisaran gaji dengan kandidat. Bisakah anda memberi tahu kisaran gaji ini?” Howell memberi contoh.
Howell menjelaskan, strategi yang dilakukan ini berhasil berkali-kali. Salah satu klien yang bekerja di bidang pemasaran menggunakan hal tersebut untuk menegosiasikan kenaikan gaji sebesar 20% pada penawaran awal, naik sekitar USD15 ribu hingga USD20 ribu setara dengan Rp232 juta hingga Rp309 juta.
“Tentu saja selain menampilkan dirinya dengan baik selama wawancara, dia adalah kandidat terbaik,” kata Howell.
Meskipun demikian, beberapa pekerjaan mungkin hanya mencantumkan kisaran gaji yang tinggi saja. Dalam hal tersebut, pelamar dapat menanyakan apa yang menempatkan kandidat bisa berada di posisi teratas.
Misalnya, seorang perekrut mengatakan bahwa posis teratas hanya diperuntukkan bagi seseorang dengan pengalaman puluhan tahun, atau tingkat senior yang belum dimiliki pelamar.
Jika hal itu terjadi, pelamar bisa menanyakan tingkat gaji rata-rata yang diharapkan, dan apa yang membantu kandidat memenuhi syarat lebih menonjol daripada itu.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)