7. Berdampak ke Para Pedagang Warung Makan
Kenaikan ini tentu berdampak pada para pedagang warung makan, khususnya di wilayah Lubang Buaya, Jakarta Timur. Salah seorang Pedagang Warteg, Mama Kiki (37) mengatakan kenaikan harga beras yang ada saat ini cukup memberatkan, pasalnya Kiki harus mengurangi keuntungannya, ketimbang harus menaikan harga dagangannya.
"Tidak naikkin, harga masih standar, tinggal kita pintar baginya, iya ada keuntungan yang terpangkas," kata Kiki saat ditemui MNC Portal, Senin, 19 Februari 2024.
"Naiknya berasa bangat, beras yang tadinya Rp550 per karung sekarang sampai Rp700 ribu lebih, kan lumayan, tadinya ada misal Rp250 ribu buat nyimpen jadi buat belanja, cabai juga sama sedang naik," lanjut Kiki.
Pedagang warung makan padang, Buyung (46) juga merasakan dampak yang sangat dalam dari adanya kenaikan bahan pangan ini, terutama naiknya beras dan cabai di pasar. Mengingat, warung padang sendiri cukup dekat untuk penggunaan cabai sebagai bumbu masakan.
"Kerasa berat beras, cabai masih mahal, beras seliter Rp15 ribu, cabai bisa Rp60 ribu perkilo. Ya kita bertahan saja, tidak naik tidak mengurangi porsi juga, supaya pengunjung tidak lari saja," curhatnya.
8. Masyarakat Sedih
Eni (57) tahun merupakan pedagangan makan kering di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur. Naiknya harga bahan pangan tersebut harus dirasakan pahit olehnya karena tidak seimbang dengan pendapatannya hasil berdagang makanan-makanan kering di Pasar Kramat Jati.
"Gimana ya, sedih, gimana ya kok bisa naik banget, pokoknya mohon saja kepada Pemerintah untuk diturunin, lagi dagangan sepi, keadaan lagi naik semua gini, segalanya naik, beras, cabai, gula, pokoknya semua kebutuhan naik," ujar Eni saat ditemui MNC Portal, Jumat, 23 Februari 2024.
Seorang pedagang warung makan di Pasar Kramat, Maya (49) juga berpendapat yang tidak jauh berbeda dengan Eni dalam mensiasati naiknya harga bahan pangan yang saat ini tengah terjadi di pasaran. Alih-alih menaikan harga barang dagangannya di tengah lonjakan harga bapok, Maya justru menyiasatinya dengan mengurangi porsi makan para pelanggan.
"Kita kayak orang lagi pelit aja, pura-pura cabai habis, padahal mah ada, cuma ya kita kurangin aja, biasa sehari habis sekilo sekarang dikurangi pakai cabainya," kata Maya.
Salah seorang pedagang sayuran, Zahra (53) menyebutkan harga cabai yang saat ini tembus Rp100 ribu per kilo sudah terjadi sejak 3 hari yang lalu. Padahal, belum lama Zahra mengaku menjual cabai di harga Rp60 ribu perkilo.
Pengurangan penggunaan cabai atau bahan pokok yang diceritakan oleh Maya dan Eni diatas dirasakan langsung oleh Zahra selaku pedagang. Zahra mengaku belakangan masyarakat mulai mengurangi pembelian cabai sejak harganya terkerek menjadi Rp100 ribu.
"Banyak pembeli yang nurunin pembeliannya, biasanya beli setengah kilogram jadi beli seperempat, biasanya 1/4 kilogram jadi belinya Rp10 ribu," ujarnya.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)