8 Fakta Harga Pangan Naik Semua, dari Cabai sampai Beras

Nurul Amirah Nasution, Jurnalis
Senin 26 Februari 2024 06:02 WIB
Harga pangan alami kenaikan (Foto: Okezone)
Share :

JAKARTA - Harga pangan mengalami lonjakan yang cukup tinggi. Saat ini harga beras sudah naik menjadi Rp16 ribu untuk jenis beras premium, sedangkan untuk beras medium berada rerata seharga Rp14 ribu lebih per kilogram.

Selain itu, harga cabai merah di Pasar Kramat Jati Jakarta Timur sudah mencapai Rp100 ribu per kilonya, baik untuk harga cabai merah keriting, maupun harga cabai rawit merah perkilonya.

Berikut Okezone merangkum 8 fakta harga-harga naik semua, dari cabai sampai beras pada Senin, (26/2/2024).

1. Kenaikan Rata-Rata Harga Pangan

Harga Pangan terus mengalami kenaikan, dengan kenaikan harga paling tinggi seperti komoditas telur ayam, cabai hingga daging sapi. Melansir Panel Harga Badan Pangan Nasional (Bapanas), Jakarta, Jumat, 23 Februari 2024, harga rerata nasional untuk telur ayam ras pada hari ini naik 2,46% atau menjadi Rp30.030 per kilogram.

Kenaikan tersebut juga diikuti oleh harga daging ayam ras yang naik 1,72% menjadi Rp37.290 per kilogram.

Selain itu, sekitar dua minggu menjelang bulan Suci Ramadhan, harga daging sapi murni juga mengalami kenaikan 1,11% menjadi Rp135.620 per kilogram.

Harga cabai rawit merah per hari ini naik 1,64% menjadi Rp65.790 per kilogram. Sedangkan untuk harga cabai merah keriting harganya naik 1,26% menjadi Rp66.930 per kilogram.

2. Kenaikan Harga Bahan Pangan Akibat Perubahan Iklim

Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi menjelaskan, tingginya harga bahan pangan yang tengah terjadi di pasar ini akibat perubahan iklim yang berdampak ke sektor pertanian. Intensitas hingga musim hujan tidak menentu membuat jadwal tanam dan panen juga banyak yang berubah.

Khusus beras, Arief menyebut ada anomali tambahan yang membentuk harga di pasar jadi mahal yaitu naiknya harga perberasan global. Mengingat kebutuhan pengadaan beras nasional hingga saat ini juga masih didatangkan dari impor sehingga harus mengikuti standar harga dunia yang berlaku.

Sebelumnya, Arief mengungkapkan bahwa harga beras hanya USD460 setara Rp7,14 juta (dengan kurs Rp15.530 per USD) per ton. Saat ini sudah naik sebesar USD670 setara Rp10,41 juta.

"Dulu beras harganya USD460 per ton, hari ini sudah USD670 per ton, naik 200 dolar, ini harga dunia," kata Arief belum lama ini.

3. Harga Beras Naik Hingga Akhir Maret 2024

Kenaikan harga beras yang terjadi dari akhir 2023, diprediksi akan terus naik hingga akhir Maret 2024. Tingginya harga beras dikarenakan produksi beras lokal belum memasuki musim panen raya.

Kepala Koperasi Pasar Induk Cipinang Zulkifli Rasyid menyampaikan, kondisi cuaca yang tidak pasti mengakibatkan musim panen saat ini menjadi tidak jelas. Dia mengatakan situasi panen belum memasuki tahapan dalam skala besar sehingga harga beras belum dapat dipastikan kembali ke harga normal.

"Kalau itu memang sudah terjadi panen raya, dapat dipastikan harga beras turun. Tapi kalau setidaknya terjadi gagal panen, kita belum tahu seperti apa kedepannya," kata Zulkifli saat ditemui di lokasi, Jumat, 23 Februari 2024.

4. Harga Beras Kembali Normal Jika Sudah Panen Raya

Zulkifli menjelaskan harga beras dipastikan kembali normal jika sudah mengalami panen raya. Untuk itu, dia mengatakan tingginya harga beras masih berlangsung hingga pertengahan atau akhir Maret.

"Jadi pertengahan bulan Maret atau sampai akhir Maret yang akan datang, harganya masih sama. Sekarang sih sudah panen, tetapi kalau yang terjadi malah gagal panennya, nah disitulah panen belum bisa memenuhi harapan kita," jelas Zulkifli.

Zulkifli mengatakan, ketidakpastian cuaca yang disebabkan El-Nino mengakibatkan kondisi panen padi menjadi tidak menentu. Untuk itu, meski saat ini ia mengatakan panen sudah terjadi, potensi keberhasilan juga belum dapat menentukan memenuhi permintaan atas beras.

5. Masyarakat Tak Perlu Khawatir

Menyambut bulan suci Ramadhan hingga lebaran Idul Fitri nantinya, Zulkifli mengatakan stok beras masih terpantau aman. Ia mengatakan, khusus stok beras Bulog, stok tersedia mencapai 1,3 juta Ton.

"Saat ini stok beras Bulog masih tersedia. Jadi masyarakat tidak perlu khawatir sampai lebaran (Idul Fitri). Bulog dan Bapanas (Badan Pangan Nasional) sudah mengatakan ke kami, sampai detik ini masih tersedia 1,3 Juta ton untuk se-Indonesia," tutur Zulkifli.

6. Dampak ke Pedagang Beras

Pedagang beras di Pasar Cijantung, Jakarta Timur, Rini (43) menyampaikan harga beras saat ini terparah selama ia berdagang. Rini mengaku sudah berjualan beras sejak tahun 2001, sehingga sudah berjalan sekitar 20 tahun lebih.

"Harga beras saat ini terparah sepanjang saya berjualan beras sejak 2001, sudah lama," ungkap Rini kepada MPI di Pasar Cijantung, Kamis, 22 Februari 2024.

Rini mengungkapkan, harga normal termurah beras sebelumnya yakni Rp9000 per liter. Namun saat ini, ia melanjutkan harga beras dengan kualitas paling rendah yakni Rp12.500 per liter.

"Harga Rp12.500 itu untuk beras yang kelas terendah, kualitasnya agak pera'," katanya.

7. Berdampak ke Para Pedagang Warung Makan

Kenaikan ini tentu berdampak pada para pedagang warung makan, khususnya di wilayah Lubang Buaya, Jakarta Timur. Salah seorang Pedagang Warteg, Mama Kiki (37) mengatakan kenaikan harga beras yang ada saat ini cukup memberatkan, pasalnya Kiki harus mengurangi keuntungannya, ketimbang harus menaikan harga dagangannya.

"Tidak naikkin, harga masih standar, tinggal kita pintar baginya, iya ada keuntungan yang terpangkas," kata Kiki saat ditemui MNC Portal, Senin, 19 Februari 2024.

"Naiknya berasa bangat, beras yang tadinya Rp550 per karung sekarang sampai Rp700 ribu lebih, kan lumayan, tadinya ada misal Rp250 ribu buat nyimpen jadi buat belanja, cabai juga sama sedang naik," lanjut Kiki.

Pedagang warung makan padang, Buyung (46) juga merasakan dampak yang sangat dalam dari adanya kenaikan bahan pangan ini, terutama naiknya beras dan cabai di pasar. Mengingat, warung padang sendiri cukup dekat untuk penggunaan cabai sebagai bumbu masakan.

"Kerasa berat beras, cabai masih mahal, beras seliter Rp15 ribu, cabai bisa Rp60 ribu perkilo. Ya kita bertahan saja, tidak naik tidak mengurangi porsi juga, supaya pengunjung tidak lari saja," curhatnya.

8. Masyarakat Sedih

Eni (57) tahun merupakan pedagangan makan kering di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur. Naiknya harga bahan pangan tersebut harus dirasakan pahit olehnya karena tidak seimbang dengan pendapatannya hasil berdagang makanan-makanan kering di Pasar Kramat Jati.

"Gimana ya, sedih, gimana ya kok bisa naik banget, pokoknya mohon saja kepada Pemerintah untuk diturunin, lagi dagangan sepi, keadaan lagi naik semua gini, segalanya naik, beras, cabai, gula, pokoknya semua kebutuhan naik," ujar Eni saat ditemui MNC Portal, Jumat, 23 Februari 2024.

Seorang pedagang warung makan di Pasar Kramat, Maya (49) juga berpendapat yang tidak jauh berbeda dengan Eni dalam mensiasati naiknya harga bahan pangan yang saat ini tengah terjadi di pasaran. Alih-alih menaikan harga barang dagangannya di tengah lonjakan harga bapok, Maya justru menyiasatinya dengan mengurangi porsi makan para pelanggan.

"Kita kayak orang lagi pelit aja, pura-pura cabai habis, padahal mah ada, cuma ya kita kurangin aja, biasa sehari habis sekilo sekarang dikurangi pakai cabainya," kata Maya.

Salah seorang pedagang sayuran, Zahra (53) menyebutkan harga cabai yang saat ini tembus Rp100 ribu per kilo sudah terjadi sejak 3 hari yang lalu. Padahal, belum lama Zahra mengaku menjual cabai di harga Rp60 ribu perkilo.

Pengurangan penggunaan cabai atau bahan pokok yang diceritakan oleh Maya dan Eni diatas dirasakan langsung oleh Zahra selaku pedagang. Zahra mengaku belakangan masyarakat mulai mengurangi pembelian cabai sejak harganya terkerek menjadi Rp100 ribu.

"Banyak pembeli yang nurunin pembeliannya, biasanya beli setengah kilogram jadi beli seperempat, biasanya 1/4 kilogram jadi belinya Rp10 ribu," ujarnya.

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya