JAKARTA - Bursa Efek Indonesia (BEI) menyoroti penurunan IHSG dalam sepekan terakhir. Di mana, IHSG mencatatkan koreksi signifikan sebesar 4,67 persen. Bahkan, pada sesi I perdagangan siang ini, IHSG anjlok ke level 6.300.
Direktur Utama BEI Iman Rachman mengungkapkan sejumlah faktor menyebabkan penurunan indeks pekan ini. Tiga faktor utama yang memengaruhi gerak indeks antara lain faktor global, domestik dan kondisi emiten.
Iman menjelaskan, kebijakan tarif perdagangan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan tingkat suku bunga oleh The Fed menjadi salah satu faktor utama yang memengaruhi aliran dana asing ke pasar saham Indonesia.
"Trump 2.0 tidak mudah. Kemudian, interest rate ini sensitif terhadap ekuitas, kalau suku bunga naik orang akan lebih senang beli produk fixed income," kata Iman dalam Media Gathering di Gedung BEI Jakarta pada Jumat (28/2).
Selain faktor tarif, kebijakan pajak pertambahan nilai (VAT) yang diharapkan menurun ternyata tidak sesuai ekspektasi. Iman juga menyoroti pergerakan dana asing yang mencatatkan arus keluar signifikan sejak awal tahun. Hingga 27 Februari 2025, investor asing mencatatkan net sell hampir Rp19 triliun secara year to date, berbanding terbalik dengan tahun lalu yang masih mencatatkan net buy Rp17 triliun.
"Asing terus melakukan aksi jual. Meskipun transaksi di pasar meningkat, namun tekanan jual dari investor asing tetap tinggi," ujar Iman.
Dari sisi domestik, perubahan komposisi investor juga menjadi salah satu penyebab penurunan indeks. Sebelumnya, sebesar 70 persen pasar dikuasai investor domestik dan ritel, sehingga ketika harga turun bisa diserap. Saat ini dengan 40 persen kepemilikan asing, pasar menjadi lebih rentan saat investor asing keluar.
"Termasuk koreksi-koreksi dengan rilis laporan keuangan emiten, walaupun beberapa naik tapi masih di bawah konsensus. Ini memang kondisi-kondisi yang juga memperparah,” tutur Iman.
Hingga penutupan sesi pertama hari ini, indeks turun 2,86 persen atau 185,30 poin ke level 6.300. Siang ini, total volume saham yang diperdagangkan sebanyak 9,19 miliar saham dengan nilai transaksi mencapai Rp7,42 triliun, dan ditransaksikan sebanyak 690.178 kali. Adapun, sebanyak 541 saham harganya turun, 79 saham harganya naik dan 158 saham lain harganya stagnan.