Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Bisnis Keluarga Asia Terpusat di Sektor Tradisional

Rifa Nadia Nurfuadah , Jurnalis-Senin, 31 Oktober 2011 |14:18 WIB
Bisnis Keluarga Asia Terpusat di Sektor Tradisional
Image: corbis.com
A
A
A

JAKARTA - Mayoritas bisnis keluarga di Asia ternyata terfokus pada sektor tradisional. Pasalnya, secara historis, bisnis keluarga termasuk konservatif dalam inovasi dan investasi.

Hal tersebut terungkap dalam “Laporan Bisnis Keluarga Asia 2011: Tren Utama, Kontribusi dan Kinerja Ekonomi” yang dirilis Credit Suisse Emerging Markets Research Institute hari ini. 

CEO Credit Suisse Asia Tenggara Helman Sitohang menyatakan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bisnis keluarga Asia cenderung lebih banyak bermain di sektor-sektor tradisional, terutama sektor-sektor keuangan (perbankan dan real estate), industri, dan sektor non-essential dan pokok bagi konsumen.

Menurut analisa Credit Suisse, pengelolaan oleh keluarga secara historis terbukti konservatif dalam hal inovasi dan investasi pada bisnis-bisnis baru berisiko tinggi.

Beberapa studi Credit Suisse sebelumnya juga menunjukkan bahwa pengelolaan oleh keluarga sebagai suatu bentuk organisasi, paling cocok untuk sektor-sektor industri tradisional dengan biaya-biaya tetap yang tinggi dan kegiatan operasional yang
membutuhkan pemikiran investasi jangka panjang.

"Karakteristik ini kurang banyak ditemukan dalam industri yang tinggi inovasi dan intensif dalam hal teknologi," ungkap Helman seperti dikutip dari keterangan tertulisnya kepada okezone, Senin (31/10/2011).

Meski demikian, anomali terjadi di Korea Selatan, Taiwan, dan India. Ketiga negara ini memiliki lebih banyak bisnis keluarga yang berkaitan dengan teknologi karena teknologilah yang menjadi pendorong struktur industri dalam perekonomian mereka.

Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa bisnis keluarga Asia memiliki ekposur yang sangat terbatas terhadap sektor energi, jasa telekomunikasi, dan kebutuhan umum yang padat modal.

"Hal ini terutama disebabkan oleh kurangnya akses yang dimiliki bisnis keluarga Asia untuk memperoleh kontrol atas industri-industri yang memiliki banyak regulasi dan biasanya dimonopoli oleh negara," imbuh Helman.

Selain itu, kehati-hatian bisnis keluarga dalam sektor ini juga dipengaruhi oleh makin besarnya risiko yang menghambat strategi investasi perusahaan mereka dalam mempertimbangkan kesempatan berinvestasi di industri padat modal tersebut.

Laporan Credit Suisse ini disusun berdasarkan riset atas 3.568 bisnis keluarga yang terdaftar di bursa di 10 negara Asia untuk analisis tren perkembangan utama, kontribusi ekonomi, dan kinerja pasar modal mereka. (rfa)

(Rani Hardjanti)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement