Dengan kondisi tersebut, membuat nasib mobil Esemka yang notabene hasil buatan anak Indonesia dinilai akan terbengkalai. Padahal, saat Presiden Joko Widodo (Jokowi) ketika masih menjabat Wali Kota Solo dan mengikuti kampanye Pilgub DKI Jakarta, kerap mendukung mobil Esemka.
Lalu bagaimana perkembangan mobil Esemka ini? Berikut penelusuran Okezone, Jakarta, Senin (9/2/2015).
Esemka adalah produk mobil hasil rakitan siswa-siswa Sekolah Menengah Kejuruan yang bekerja sama dengan institusi serta industri dalam negeri dan beberapa perusahaan lokal dan nasional. Kandungan komponen lokal (dalam negeri) berkisar antara 20 persen-80 persen.
Beberapa prototipe Mobil Esemka sudah diluncurkan, dan siap diproduksi massal antara lain :
1. Esemka Rajawali (R2) adalah varian dan pengembangan dari tipe Esemka Rajawali (Alpha), dengan kekuatan mesin 1600cc dan berpenumpang lima orang. Pengembangan Esemka Rajawali R2 ini bertitik tumpu pada mesin dengan yang lebih besar dari sebelumnya. Tetap mengacu pada tipe SUV dan mengedepankan fitur keamanan. Esemka Rajawali R2 dilengkapi dengan ABS (Anti Lock Brake System), BA (Brake assist), EBD (Electronic brakeforce distribution), dan SRS Air Bag Esemka Rajawali
2. Esemka Rajawali merupakan model SUV bermesin Esemka 1.5i, 1.500 cc multi point injection 4 silinder yang mampu menghasilkan tenaga sebesar 103 tenaga kuda pada putaran 5.500 rpm dengan torsi puncak hingga 145 Nm di 4.100 rpm. Rajawali mampu menampung 7 orang karena mempunyai panjang 5.035 mm, lebar 1.690 mm, dan tinggi 1.630 mm. Rajawali juga telah dibekali sederet fitur elektronik mirip SUV premium lainnya, misalnya power steering, central lock, power window, AC dual zone, sensor parkir, hingga head unit CD player. Rajawali dirakit oleh SMK Negeri 2 Surakarta dan SMK Warga Surakarta. Mobil Esemka Rajawali menjadi terkenal setelah Joko Widodo, mantan wali kota Solo memakainya sebagai mobil dinasnya. Esemka Rajawali akan diuji emisi sebelum siap diproduksi massal.
3. Esemka Digdaya merupakan model pick up kabin ganda yang dirakit oleh SMK 1 Singosari. Kendaraan ini berjenis MPV dan dipamerkan dalam Pameran Produk Indonesia 2009 Di Kemayoran Jakarta. Tenaga penggerak menggunakan mesin eks Timor 1.500 cc. Mobil Esemka Digdaya dirancang multifungsi, baik untuk kenyamanan berkendara maupun niaga. Kuat menampung hingga lima orang dan kabin belakangnya bisa mengangkut sepeda atau barang belanjaan. Digdaya dan Rajawali mempunyai spesifikasi mesin dan bodi yang sama. Mobil Digdaya ini dibanderol dengan harga di bawah Rp150 juta. Pilihan-pilihan untuk Rajawali dan Digdaya tersebut antara lain mesin bensin berkapasitas 1.800 cc, 2.000 cc, dan 2.200 cc. Sedangkan untuk yang berbahan bakar diesel sudah disiapkan 2.500 cc.
Dalam perkembangannya, Esemka Digdaya dikembangkan oleh beberapa SMK diseluruh pelosok tanah air, dan telah dilahirkan Esemka Digdaya II bermesin Esemka 1.5i dari SOLO Jawa Tengah.
4. Esemka Bima Van 1.5i merupakan model van yang dirakit oleh SMK Negeri 6 Malang.
5. Esemka Hatchback merupakan model mobil kota dengan mesin 1.5i multi injection.
6. Esemka Surya merupakan mobil Esemka yang dirakit oleh SMK Muhammadiyah 2 Borobudur bekerja sama dengan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Beberapa model yang dibangun antara lain mobil ambulans, mobil box roti, Sang Surya Esemka Rajawali, Sang Surya Esemka Double Cabin dan Sang Surya Mini Truk. Mobil ambulans yang diluncurkan telah memiliki kelengkapan surat izin resmi dan telah laik jalan. Kepala Sekolah SMK Muhammadiyah 2 Borobudur, Yitno mengklaim bahwa Esemka Surya Mini Truk mengandung 90 persen komponen lokal.
7. Esemka Zhangaro merupakan model pikap niaga yang dirakit oleh SMK Negeri 10 Malang.
8. Esemka Patua adalah truk mini (pic up) yang dirakit SMK Negeri 2 Surabaya.
Esemka dan SMK Indonesia
Dalam perjalanannya Esemka melibatkan sekolah-sekolah menengah kejuruan Indonesia antara lain:
SMK Negeri 2 Salatiga
SMK Warga Surakarta
SMK Tunas Harapan, Pati
SMK Negeri 4 Jakarta
SMK Muhammadiyah 2 Borobudur
SMK Negeri 6 Malang
SMK Negeri 1 Singosari
SMK Negeri 2 Pasuruan
SMK Negeri 1 Trucuk Klaten
SMK Negeri 2 Surabaya
SMK Negeri 2 Kendal
SMK Negeri 1 Semarang
SMK Negeri 2 Tasikmalaya
SMK Negeri 2 Terbangi Besar
SMK Negeri 2 Surakarta
SMK Negeri 5 Surakarta
SMK Negeri 1 Jenangan Ponorogo
SMK Negeri 1 Pungging Mojokerto
SMK Negeri 2 Probolinggo
SMK Negeri 1 Madiun
SMK Negeri 1 Kediri
SMK Negeri 1 Blitar
SMK Negeri 1 Bekasi
SMK Negeri 56 Jakarta
SMK Negeri 5 Banjarmasin
SMK Negeri 1 Tengaran
SMK Negeri 1 Cilegon
SMK NU Kaplongan
SMK Negeri 5 Padang
SMK Negeri 2 Wonogiri
SMK Negeri 2 Manado
SMK Negeri 2 Jember
SMK Negeri 2 Ciamis
Setelah menempuh perjalanan dari Surakarta menuju Jakarta, maka pada tanggal 27 Februari 2012 mobil Esemka Rajawali melakukan Uji Emisi Euro-2 di Balai Thermodinamika Motor dan Propulsi (BMTP) Serpong, Tangerang Selatan, Banten. Kendaraan didiamkan selama 6 jam untuk mendinginkan mesin, oli dan air radiator, kemudian Uji Emisi dilakukan dan hanya memakan waktu 19 menit 45 detik dengan 'hasil' tidak ada masalah dan kendala apapun, walaupun demikian hasil rinci uji emisi secara resmi hanya bisa diumumkan oleh Dirjen Perhubungan Darat sebagai pemberi perintah.
BMTP berada di bawah Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang memiliki sertifikat internasional dan resmi.[1] Ini adalah salah satu langkah yang harus dipenuhi agar mobil tersebut dikatakan layak jalan dan dapat diproduksi massal, setelah mendapatkan Nomor Identifikasi Kendaraan.
Kementerian Perhubungan belum bisa mengeluarkan Sertifikat Uji Tipe Esemka, karena hasil uji kendaraan tersebut di atas ternyata CO sebesar 11.63 gram/kilometer dan HC+NOx 2,69 gram/kilometer di mana seharusnya maksimum CO 5,0 gram/kilometer dan HC+NOx 0,70 gram/kilometer.[2]
Tanggal 16 Agustus 2012, merupakan tonggak keberhasilan Esemka, setelah melalui proses perbaikan, akhirnya berhasil melampaui nilai ambang batas Euro 2 dengan hasil CO = 1.544 g/km dan NOx+HC = 0,598 g/km.
(Rizkie Fauzian)