Menurut dia, jika konversi memang ditujukan untuk seluruh kapal bermotor, baik besar maupun kecil, maka jumlah kapal hanya sekitar 230 ribu. Pasalnya, jika angka target Kementerian ESDM melampaui angka riilnya akan berpotensi menimbulkan kejahatan baru.
"Ini justru memunculkan mafia, nanti ada yang namanya mafia converter gas lagi. Baru juga dimulai, sudah ada ekspektasi publik,"ujarnya.
Padahal, konversi ini bukanlah suatu hal yang baru. Pada masa-masa sebelumnya, terbukti tidak semua nelayan dengan mudah menerimanya, dengan beragam alasan. Intinya, perlu adanya pendampingan dan sosialisasi nantinya.
"Misalnya khawatir nanti tabung gasnya meledak gimana. Kemudian kan membutuhkan modifikasi kapal untuk tempat tabung gasnya, belum lagi koverter dan tabung di kampung nelayan belum ada. Yang terpenting apakah harganya murah," ujarnya.
(Martin Bagya Kertiyasa)