“Dulu, banyak konsumen yang le bih menyukai batik palsu buatan China karena tergiur harga mu rah. Sementara batik tulis asli kan butuh proses panjang untuk membuatnya. Tak heran harganya bisa mencapai puluhan juta. Tapi saat ini masyarakat sudah mulai sadar dan teredukasi,” ungkapnya.
Sesuai data Kementerian Perdagangan, ekspor batik Indonesia mencapai US150 juta atau setara Rp1,8 triliun. Angka ini mampu menyerap tenaga kerja hingga 1,3 juta jiwa hingga akhir 2015.
Namun bersamaan dengan kenaikan nilai ekspor, impor kain batik juga terus meningkat dari 24,1 persen atau sama dengan USD28 juta di tahun 2014 menjadi USD34 juta. Guna mengembalikan kecintaaan masyarakat akan seni batik langsung dari seniman batik Maxxindo Communication dan Krishna Studio kembali menggelar pameran seni yang bertajuk Gelar Kain Nusantara yang berlangsung 3 -7 Agustus 2016 di Graha Manggala Siliwangi Bandung.
“Pameran seni ini sebagai sebuah apresiasi rasa cinta bangga atas warisan leluhur dan sebagai bentuk untuk mendukung produk dalam negeri serta wujud nyata terhadap perkembangan usaha kecil menengah di Tanah Air dan pelestarian budaya daerah,” tandasnya.
Sementara penyelenggara dari Maxxindo Communication Andi menambahkan, pameran seni kali ini di buat dengan konsep yang lebih kekinian agar remaja dan kalangan muda lebih tertarik untuk mencintai batik serta kain tradisional Indonesia.
(Dani Jumadil Akhir)