Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Ratusan Gedung di Jakarta Masuk Kategori Tidak Aman

Koran SINDO , Jurnalis-Selasa, 18 Oktober 2016 |15:04 WIB
Ratusan Gedung di Jakarta Masuk Kategori Tidak Aman
(Foto: Koran Sindo)
A
A
A

Bahayakan Warga

Dari pantauan di Menara Saidah Jalan MT Haryono, kesan tak terawat nyaris tak terlihat jika diamati dari jauh. Namun bila memasuki pagar, kesan horor dan mencekam sungguh terasa berada di gedung berlantai 30 tersebut. Dari dalam menara berarsitektur Romawi ini terlihat mengkhawatirkan.

Kondisi gedung yang miring terlihat jelas, lampu-lampu gedung sudah tak berfungsi, rerumputan maupun tanaman liar setinggi 1 meter lebih banyak terdapat di halaman dan lahan parkir. Aspal jalan menuju menara juga sudah banyak yang pecah. Taman-taman tak terawat. Tembok gedung yang dilapisi marmer terlihat kusam dan beberapa di antaranya berlubang.

Tak adanya penerangan dari dalam gedung membuat suasana gedung tampak mencekam. Penerangan hanya terlihat dari lampu-lampu senter yang berasal dari milik penjaga. Sementara lampu yang ada di gedung, sudah banyak hilang. ”Sudah lama hilangnya, saya juga tidak tahu.

Saya cuma berjaga di sini,” tutur Rizki, 36, penjaga Menara Saidah.. Seorang warga sekitar, Yanto, 36, mengaku tidak ingat pasti kapan gedung itu tak beroperasi. ”Mungkin sejak 2007-an, kalau enggak salah,” tuturnya. Meski demikian, dulu gedung ini cukup ramai aktivitas. Bahkan pada periode 1990-an hingga awal 2000-an gedung ini sempat menjadi ”markas” bagai jamaah yang hendak berhaji dari Jakarta.

Selain Menara Saidah, gedung tak terawat juga ada di kawasan Jalan Gili Sampeng, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Di kawasan itu tercatat dua gedung dengan 20 lantai milik pengembang apartemen Centro Kemanggisan tak terawat. ”Sudah hampir tiga tahunan,” tutur Razi, 65, salah satu pedagang kelontong kawasan itu. Bangunan itu kesannya juga sangat mengkhawatirkan.

Tanaman liar memenuhi seisi bangunan dengan tinggi nyaris 2 meter. Beberapa material bangunan seperti pasir, batako, hingga fondasi ruangan terlihat ditaruh seadanya. Belum ada pemasangan listrik, namun kondisi bangunan retak nyaris terlihat di beberapa tembok.

Sementara di atas bangunan, besi-besi balkon terlihat miring dan sewaktu waktu dapat jatuh membahayakan penjaga yang sesekali melakukan patroli. Komandan regu penjaga gedung itu, Dedi, 40, mengatakan hampir setahun terakhir dia bersama 12 orang bekerja menjaga keamanan kawasan itu.

”Kami memastikan kawasan itu aman,” tuturnya. Reni, 48, warga sekitar, menyayangkan tak dilanjutkannya pembangunan apartemen tersebut karena bangunan yang sudah ada sekarang terancam roboh dan menimpa rumahnya yang hanya dibatasi tembok. Beberapa bangunan rusunawa di Tambora, rusunawa di Kompleks Kebersihan, dan rusunawa di Muara Baru juga tampak tak terawat.

Kepala Seksi Pengawasan dan Pemanfaatan Gedung Dinas Penataan Kota DKI Jakarta Budi Widianto memastikan tidak ada gedung di Jakarta yang rawan roboh, terkecuali terkena bencana alam yang begitu besar. Sebab, kata Budi, selama bangunan itu sudah berdiri di atas delapan lantai, konstruksinya sudah cukup memenuhi syarat. Ini juga berlaku pada gedung-gedung yang tak lagi dipakai.

”Menara Saidah itu sudah ad akajiannya. Kemungkinan roboh gedung di Jakarta itu kecil,” kata Budi di kantor Dinas Penataan Kota DKI Jakarta kemarin. Budi menjelaskan, untuk mengawasi gedung di Jakarta, dinasnya berpatokan pada lima tahun masa berlakunya sertifikat layak fungsi (SLF).

Artinya, setiap kali SLF gedung habis, Dinas Penataan Kota akan mengecek dan merekomendasikan ke Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) sebagai pihak yang mengeluarkan STF. Setiap tahun ada 50-60 gedung yang masa berlaku habis STF-nya dan telah diperpanjang. Sejauh ini, kata dia, dalam pengawasan setiap kali STF diperpanjang, tidak ada satu pun yang tidak layak fungsi.

”Meskipun gedung itu berusia 20 tahun atau mengalami penurunan muka tanah, tetap masih layak,” jaminnya. Terkait gedung mangkrak atau terbengkalai, Budi mengakui tidak memiliki jumlah pastinya lantaran DPK sendiri baru dibentuk pada 2015. Sementara itu, sejak diruntuhkan pada Jumat (14/10) Gedung Bank Panin di Bintaro, Sektor 7, Kota Tangsel, belum juga roboh hingga kemarin.

Pihak kontraktor, PT Wahana Infonusa, akan kembali menimbun pasir di atas gedung tersebut menjadi 400 ton. ”Hingga saat ini sudah ada 180 ton di atas sana, kami akan membebaninya hingga 400 ton,” ujar Ari Yudhanto, Project Manager PT Wahana Infonusa yang ditunjuk Bank Panin sebagai perusahaan yang melakukan peruntuhan gedung tersebut.

Peruntuhan gedung itu menggunakan metode dinamis. Artinya, selain membebani dengan pasir, akan digunakan juga penarik beton yang ada di bagian paling atas gedung

(Rizkie Fauzian)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement