"Jadi pengurangan emisi 150 ribu ton per tahun, kalau digabung (PLTP Lahendong Unit 1 hingga 6 jadi 450 ribu (ton). Ini kan sangat berarti. Katakanlah kita akan kurangkan 1 miliar ton per tahun. Kalau 29% kan harus kurangkan 290 juta ton," imbuhnya.
Menurutnya, kawasan ini memang cukup sering terjadi gempa tektonik. Hanya saja, hal ini tidak mengganggu aktivitas pemanfaatan energi panas bumi. Masyarakat pun mampu memanfaatkan sumber pembangkit listrik ini kebutuhan energi sehari-hari.
"Satu hal yang unik kan ini enggak bisa diekspor. Enggak ada kemasannya dan enggak ada teknologi sampai saat ini. Sulawesi Utara memang enggak ada batu hara dan oil dan gas tapi ada panas bumi. Ini yang akan kita manfaatkan," pungkasnya.
(Raisa Adila)