TANGERANG - Maskapai nasional, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk membukukan laba bersih pada kuartal IV-2016 sebesar USD53 juta dolar atau naik dibandingkan periode yang sama di 2015 sebesar USD26,5 juta. Namun, secara keseluruhan capaian laba bersih untuk 2016 menurun 88%, dari USD78 juta di 2015 menjadi USD9,36 juta di 2016.
"Seperti kita ketahui tren pertumbuhan industri penerbangan di dunia khususnya Asia Pasifik mengalami kenaikan sejak lima tahun terakhir, mulai dari perlambatan ekonomi global hingga mempengaruhi daya beli masyarakat, namun Garuda Indonesia grup masih tetap bisa mempertahankan kinerja positifnya," tutur Direktur Utama Garuda Indonesia M Arif Wibowo di Kantor Pusat Garuda Indonesia, Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Rabu (22/3/2017).
Menurutnya, mengacu kajian kinerja penerbangan Asia Pasific yang dipublikasikan Bloomberg, passenger yield industri penerbangan Asia Pasifik dalam 5 tahun terakhir mengamali tren penurunan yang cukup signifikan, dari USC 9,6 per kilometer (km) pada tahun 2012 menjadi USC 6,2 per km di 2016. Namun demikian, traffic penumpang tercatat menunjukan tren peningkatan dari 511,6 juta penumpang di 2012 menjadi 632,8 juta penumpang di 2016.
"Kajian ini menunjukan penerbangan di kawasan Asia Pasifik meski meningkatkan dalam traffic penumpang, namun mengalami penurunan yield karena sebagian besar maskapai turut melakukan ekspansi dalam strategi penerbangan bisnisnya," tuturnya.
Arif melanjutkan, capaian positif juga terjadi pada pendapatan usaha (operating revenue). Pada 2016 operating revenue mengalami kenaikan dari USD3,815 miliar di 2015 menjadi USD3,863 miliar atau naik 1,3%. Selain itu, hingga akhir 2016 total mengangkut 35 juta penumpang baik Garuda Indonesia dan Citilink.
"Available seat kilometres/ASK (kapasitas kursi pesawat) jumlahnya 58,7 juta atau naik 13,3% dari sebelumnya 51,9 juta. Sementara untuk jumlah penumpang diangkat (revenue passenger kilometres/RPK) 43,4 juta di 2016 atau naik 8,3% dibandingkan 2015 sebanyak 40 juta," tandasnya.