PHNOM PENH - Pertumbuhan yang inklusif, memanfaatkan kekuatan teknologi dan ketegangan geopolitik menjadi isu utama yang dihadapi oleh 10 negara Asosiasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN). Pertemuan di Phnom Penh, Kamboja, yang berakhir Jumat (12/5) ini sebagai rangka merayakan 50 tahun berdirinya ASEAN.
Melansir dari CNBC, Jumat (12/5) pertemuan ASEAN Economic Forum yang berlangsung sejak 10-12 Mei ini, mengidentifikasi tiga gagasan utama untuk memperkuat ASEAN di masa mendatang.
ASEAN Tidak Membutuhkan Model Uni Eropa
Didirikan akhir 2015, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) bercita-cita menerapkan integrasi ekonomi dan keuangan di negara-negara anggota. Beberapa kalangan kerap menanyakan apakah kawasan ini akan mengadopsi Masyarakat Ekonomi Eropa seperti yang diterapkan Uni Eropa dan merangkul serikat moneter.
Vice Chairman General Electric John Rice yang menjadi salah satu pembicara, mengatakan ASEAN tidak harus mengikuti model Uni Eropa. “ASEAN dapat membuat perbatasan menjadi titik temu sedemikian rupa sehingga setiap orang mendapatkan keuntungan,” ujarnya.
Dan sambung Rice, ASEAN tidak harus menyatukan diri dengan mata uang tunggal seperti Uni Eropa, melainkan harus berkonsentrasi dalam meningkatkan perdagangan antar negara.