JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor pada Juni 2017 menurun dibandingkan Mei. Adapun penurunan mencapai 18,82%. Pada Juni nilai ekspor Indonesia sebesar USD11,64 miliar, sementara Mei sebesar USD14,35 miliar.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan, terjadinya penurunan nilai ekspor Indonesia memberikan pengaruh ke sejumlah emiten di sektor-sektor tertentu.
"Secara riil mungkin ada (pengaruhnya) terutama untuk emiten-emiten yang punya orientasi ekspor," kata Reza ketika dihubungi Okezone di Jakarta.
Namun, untuk emiten yang dimaksud, yakni emiten yang terpengaruh oleh melemahnya aktivitas ekspor, dia belum bisa menyebutkan secara terperinci. "Saya belum cek ya emiten-emiten mana aja itu," kata dia.
Dia memprediksi, emiten yang terkena dampak adanya penurunan nilai ekspor antaranya ialah emiten di sektor manufaktur dan tambang. "Manufaktur dan tambang ya menurut saya, yang punya orientasi ekspor," tambahnya.
Berdasarkan data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks sektor manufaktur berada di level 1.487.787 atau mengalami penurunan 0,6% dari sebelumnya bertengger di level 1.497.221.
Sementara untuk sektor tambang, masih menunjukkan penguatan di tengah menurunnya nilai ekspor Indonesia. Terakhir, sektor tambang bertahan di level 1.469.599 atau naik 1,7% dari level 1.443.982.
Menurut Reza, adanya kecenderungan kinerja positif dari sektor di atas karena masih bisa mengandalkan penjualan dalam negeri. Sehingga pelemahan nilai ekspor tak berdampak signifikan. "Mungkin terimbangi dengan penjualan dalam negeri," tukasnya.
(Martin Bagya Kertiyasa)