"Tapi saya yakinkan, produk yang dijual tetap sama jumlahnya. Shifting ada tapi tidak pengaruh ke daya beli," jelasnya.
Lanjut Kecuk, perubahan pola konsumsi terjadi karena maraknya media sosial yang membuat masyarakat terus membeli secara online. Namun, pengeluaran rill masyarakat masih naik, sehingga dirinya menilai tidak ada indikasi daya beli menurun.
Ia menjelaskan hal ini terlihat dari pengeluaran rillnya kuartal I-2016 Rp4,8 juta dan sekarang menjadi Rp5,06 juta. Sehingga terlihat uang yang dibelanjakan dari waktu ke waktu nominalnya naik meskipun pertumbuhannya sedikit agak melambat.
"Jadi ini bukti spending masyarakat tetap kuat di sana. Tidak ada indikasi bahwa daya beli turun meskipun kita perlu memilah lapisan angka konsumsi rumah tangga meng-cover the whole population," tukasnya.
(Dani Jumadil Akhir)