JAKARTA - Selain hambatan infrastruktur, faktor sumber daya manusia (SDM) pengelola pelabuhan ditengarai menjadi salah satu penyebab kurang efektifnya dwelling time.
Oleh karena itu perlu langkah percepatan jika pemerintah menghendaki penurunan tingkat dwelling time yang diyakini bakal menurunkan harga logistik.
Peneliti Ekonomi bidang Ekonomi Internasional Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Panky Tri Febiyansyah menilai perlu adanya peningkatan keahlian dan pelaku usaha industri logistik. Adapun langkah proaktif yang dapat diambil pemerintah yaitu dengan menyantumkan materi logistik dalam kurikulum sekolah vokasi.
"Ada catatan dari pengusaha, bahwa dwelling time tidak semata mata kesalahan operator. Padahal salahnya adalah SDM di sini. Makanya kita masukkan kurikulum dalam pendidikan vokasi," kata Panky di kantor LIPI, Jakarta, Jumat (25/8/207).
Baca Juga: Duh! Dwelling Time Belum Pernah Kurang dari 2 Hari meski Pelabuhan Sepi
Dengan keahlian dari SDM yang mumpuni, maka proses dwelling time, diyakini Punky semakin efisien.
Sementara untuk solusi jangka pendek, Punky menawarkan ide pelatihan bagi SDM pelabuhan di Lembaga Studi Pengembangan (LSP). Sehingga, kinerja pengelola pelabuhan makin profesional.
"Untuk short cut jangka pendek kita adakan pelatihan di LSP. Apa maslaah di lapangan kita proses, kemudian kita juga kasih masukan sehingga dapat ditangkp oleh pemerintah," imbuhnya.
Baca Juga: Akhir Tahun, Menko Darmin Targetkan Dwelling Time Hanya 1,9 Hari
Sekadar informasi, Presiden Joko Widodo meminta dwelling time dapat ditekan menjadi hanya dua hari. Program tersebut didorong dengan adanya paket kebijakan jilid XV yang berisi tentang pengembangan usaha dan peningkatan daya saing bagi penyedia jasa logistik nasional. Salah satu pokok yang diatur dalam paket kebijakan XV adalah efisiensi dwelling time.
(Dani Jumadil Akhir)