Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Di Depan Sri Mulyani, World Bank Ramal Pertumbuhan Ekonomi RI Capai 5,3% di 2018

Lidya Julita Sembiring , Jurnalis-Selasa, 03 Oktober 2017 |13:48 WIB
Di Depan Sri Mulyani, World Bank Ramal Pertumbuhan Ekonomi RI Capai 5,3% di 2018
(Foto: Lidya/Okezone)
A
A
A

JAKARTA - World Bank (Bank Dunia) memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2018 sebesar 5,3%. Proyeksi ini stagnan dengan prediksi Juni 2017 lalu.

Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia Rodrigo Chaves mengatakan, sebesar 5,3% pada tahun 2018 dikarenakan perekonomian global yang mendukung dan kondisi domestik yang lebih kuat. Kuatnya perekonomian domestk juga disebabkan oleh reformasi perekonomian yang terus berlanjut dan secara bertahap mulai memberikan dampak.

Pada 2018, konsumsi swasta juga diproyeksikan menguat seiring dengan kenaikan upah rill dan peningkatan lapangan kerja. Sementara investasi swasta akan mendapatkan keuntugan dari penurunan suku bunga BI baru-baru ini yang berdampak pada penurunan biaya pinjaman, perbaikan lingkungan bisnis, dan peningkatan investasi publik di bidang infrastruktur.

"Sektor eksternal diharapkan dapat memberikan konstribusi positif mengingat perekonomiaan global semakin kuat. Walaupun kontribusi ini sebagian akan diimbangi oleh nilai tukar perdagangan (terms if trade) yang diproyeksikan menurun karena adanya penurunan harga batu bara," ungkapnya di Energy Building di Jakarta, Selasa (3/10/2017).

Baca Juga: Waduh, Bank Dunia Pangkas Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2017 Jadi 5,1%

Selain itu, pada tahun depan, defisit neraca berjalan diperkirakan akan melebar dari 1,7% pada tahun ini menjadi 1,8% pada 2018. Sementara itu, konsumsi pemerintah diperkirakan meningkat pada tahun 2018, namun defisit akan tetap terjaga karena peningkatan kinerja penerimaan terkait dengan pertumbuhan ekonomi dan reformasi perpajakan.

Sebagai sinyal atas komitmenya terhadap disiplin fiskal APBN tahun 2018 yang diusulkan oleh Pemerintah Indonesia, menyiratkan defisit sebesar 2,2% dari PDB, suatu sinyal yang jelas yang menyatakan bahwa kehati-hatian fiskal mendapat perhatian yang tinggi. Perkiraan penerimaan bersifat konservatif, dan penurunan defisit bergantung pada pembatasan pengeluaran yang signifikan terutama dalam pengeluaran belanja barang.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement