Memang butuh waktu untuk memperkenalkan kepada petani,” imbuh dia. Sementara itu, Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementerian Pertanian, Pending Dadih Permana mengatakan, modernisasi pertanian di Indonesia membutuhkan beckup industri dalam negeri.
Pindad, lanjut dia, memiliki kemampuan memproduksi alat-alat pada bidang tersebut, sesuai kemampuannya memproduksi manufaktur per tahanan. “Sebenarnya kami sudah menggunakan beberapa alat pertanian buatan Pindad dari tahun kemarin. Misalnya traktor multiguna, beko, dan lainnya.
Kemampuannya cukup bagus, karena bisa untuk mengolah tanah dan perbaiki irigasi. Ke depan akan banyak alat-alat buatan Pindad yang bisa dimanfaatkan,” jelas dia. Diakuinya, harga untuk membeli alat tersebut akan sulit dijangkau oleh para petani. Ke depan, pihaknya akan membentuk badan layanan umum (BLU) pembiayaan.
BLU tersebut nantinya diarahkan untuk membiayai pengadaan alat-alat pertanian bagi petani di Indonesia. Sehingga, pemerintah tidak lagi perlu menggunakan dana APBN untuk pengadaan alat pertanian.
“Saat ini masih proses. Nanti ruang lingkupnya membantu kelompok tani mengakses peralatan pertanian melalui BLU ini. Tahap awal, RP250 miliar. Dengan dana itu, harapannya bisa digulirkan sampai Rp1 triliun. Sehingga dana APBN yang tersedia bisa dipakai untuk kegiatan lainnya,” imbuh dia.
(arif budianto)
(Kurniasih Miftakhul Jannah)