"Jadi kalau ditanya bagaimana Rupiah-nya, ya tergantung kebijakan pemerintah. Jadi, ini juga menyangkut sekali dari kebijakan moneter BI. Apakah memang kurs di bawah Rp14.000 ini akan terus dipertahankan dengan catatan misalnya dalam kurun waktu 8 bulan lagi tidak ada kenaikan Rupiah," ujar Jahja di Hotel Kempinski Jakarta, Senin (23/4/2018).
Dia menjelaskan dengan adanya ekpestasi kenaikan Fed Fund Red (FFR) yang akan berlanjut dua kali lagi di tahun ini, maka BI perlu melakukan antisipasi. Sebab, kenaikan suku bunga The Fed ini akan berdampak pada kenaikan nilai USD, dimana mata uang Paman Sam ini juga akan mempengaruhi mata uang negara lainnya.

"Nah pasti secara psikologis, kurs Rupiah kita akan tertantang. Nah apakah kemauan BI intervensi atau terpaksa memberikan ke market bahwa kita ikuti kenaikan suku bunga global," jelasnya.
Baca juga: BCA Raih Laba Bersih Rp5,5 Triliun di Kuartal I, Merangkak 10,4%