Dia menyatakan, saat ini imbal hasil SBN sebesar 6,9% jauh lebih besar ketimbang yang ditawarkan imbal hasil UST hanya 2,9%. Hal ini dinilai menjadi daya tarik asing untuk mau kembali menanamkan dananya di Indonesia.
"Saat ini memang ada penyesuaian di luar, tapi kami meyakini mereka akan kembali lagi, tapi dari beberapa tresury penyesuaian portofolio asing 2016 dan 2017 selalu kembali ke Indonesia," katanya.
Baca Juga: BI Sempurnakan Aturan Operasi Moneter, Seperti Apa?
Selain itu, menurutnya sangat jarang negara emerging market menawarkan imbal hasil sebesar Indonesia, kalau pun ada, secara fundamental ekonomi pun jauh berbeda. Saat ini, kondisi ekonomi Indonesia dinilai fundamental dengan defisit transaksi berjalan (Current Account Defisit/CAD) yang masih dibawah batas aman 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Serta inflasi yang terjaga dalam sasaran 3,5% plus minus 1%.
"Jika yield sama fundamentalnya berbeda, bandingkan dengan Brazil yang inflasinya 9%, kita maintance di 3,5%. Secara matrik makroekonomi kita fundamental. Dengan yield menarik akan buat Indonesia tetap menjadi magnet investor portofolio," jelasnya.