JAKARTA - Keperkasaan dolar AS terus menekan nilai tukar Rupiah dan mata uang negara lain diproyeksikan akan terus terjadi hingga akhir 2018, kata Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo.
Dody mengatakan, meskipun tekanan dolar AS atau "Greenback" akan membayangi nilai mata uang "Garuda" sepanjang tahun ini, Bank Sentral akan menjaga nilai Rupiah agar tidak kembali melemah ke level yang jauh dari nilai fundamentalnya.
Adapun sejak pembukaan perdagangan usai libur panjang pasar karena Idul Fitri, nilai Rupiah kembali depresiatif.

Di pasar spot Kamis siang, rupiah melemah dan diperdagangkan di Rp14.099 per dolar AS. Kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dolar Rate (Jisdor) yang diumumkan BI juga mencatat rupiah depresiatif hingga Rp14.090 per dolar AS, atau turun 188 poin dibanding saat hari terakhir sebelum libur Idul Fitri yakni Rp13.902 per dolar AS.
Dody menjelaskan penyebab Rupiah yang melemah adalah perbaikan data ekonomi AS, semakin sengitnya perang dagang antara AS dan China, isu stabilitas geopolitik, serta ekspektasi pasar terhadap kenaikan suku bunga The Federal Reserve sebanyak 3-4 kali tahun ini.
"BI sudah kalkulasi kemungkinan dolar AS masih akan menguat terhadap mata uang negara lain hingga akhir 2018," ujar Dody, Kamis (21/6/2018).