JAKARTA - Federasi Serikat Pekerja Rokok, Tembakau, Makanan dan Minuman mencatat dalam kurun waktu sembilan tahun industri rokok kretek mengalami penurunan hingga 50%. Hal tersebut berdampak utamanya pada pekerja Sigaret Kretek Tangan (SKT), yang pada umumnya adalah perempuan dengan pendidikan rendah.
Ketua Umum Serikat Pekerja Rokok Sudarto mengatakan, pekerja Indonesia dengan karakter seperti itu masih banyak dan terus terancam. Bahkan, kini ancamannya bukan sekedar potensi lagi.
Perubahan karakter konsumen dan teknologi ditambah dengan kebijakan pemerintah membuat banyak industri menyesuaikan diri. Dampak penyesuaian itu lagi-lagi menyasar pekerja berketerampilan rendah.
“Solusi untuk masalah itu tidak bisa satu sisi. Harus ada penyelesaian komprehensif agar tidak terkesan ada kebijakan tambal sulam,” ujarnya, Jakarta, Jumat (27/7/2018).