Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Produksi Industri Rokok Kretek Turun 50% dalam 9 Tahun Terakhir

Feby Novalius , Jurnalis-Jum'at, 27 Juli 2018 |15:00 WIB
Produksi Industri Rokok Kretek Turun 50% dalam 9 Tahun Terakhir
Ilustrasi Rokok (Foto: Reuters)
A
A
A

JAKARTA - Federasi Serikat Pekerja Rokok, Tembakau, Makanan dan Minuman mencatat dalam kurun waktu sembilan tahun industri rokok kretek mengalami penurunan hingga 50%. Hal tersebut berdampak utamanya pada pekerja Sigaret Kretek Tangan (SKT), yang pada umumnya adalah perempuan dengan pendidikan rendah.

Ketua Umum Serikat Pekerja Rokok Sudarto mengatakan, pekerja Indonesia dengan karakter seperti itu masih banyak dan terus terancam. Bahkan, kini ancamannya bukan sekedar potensi lagi.

Perubahan karakter konsumen dan teknologi ditambah dengan kebijakan pemerintah membuat banyak industri menyesuaikan diri. Dampak penyesuaian itu lagi-lagi menyasar pekerja berketerampilan rendah.

“Solusi untuk masalah itu tidak bisa satu sisi. Harus ada penyelesaian komprehensif agar tidak terkesan ada kebijakan tambal sulam,” ujarnya, Jakarta, Jumat (27/7/2018).

Musim Tembakau, Banyak Perempuan Manfaatkan Waktu Jadi Pekerja Musiman

Berdasarkan data Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) dari beberapa jenis rokok, SKT memberikan velue besar terhadap perekonomian Indonesia. Selama 2013-2017 jumlah penurunan SKT menurun 22,63%. Penurunan SKT itu mampu mempengaruhi PDB -0,82%, upah riil -1,24%, inflasi 0,41%, konsumsi rumah tangga -0.96%.

Dia mengungkapkan, kasus penutupan ribuan pabrik SKT yang berujung PHK sedikitnya 32.000 pelinting adalah salah satu contoh. Pabrik-pabrik gulung tikar karena multifaktor. Perubahan regulasi pemerintah, kemajuan teknologi menjadi salah satu faktor pemicu penutupan itu.

"Berdasarkan cerita dari yang sudah di PHK, mereka dagang ini dagang itu, menjadi buruh cuci, itu mereka lakukan dari pada tidak kerja. Maka harus ada upaya preventif untuk melindungi industri ini," ucap Sudarto.

Dia berharap, pemerintah mendorong industri padat karya. Selain untuk ketersediaan lapangan kerja, penjagaan itu juga demi keberlangsungan dan kepastian investasi di Indonesia.

(Rani Hardjanti)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement