BALIKPAPAN – PT Pertamina (Persero) secara resmi telah mengambil alih kelola Blok East Kalimantan-Attaka di Kalimantan Timur. Blok migas tersebut diambil alih Pertamina setelah masa kontraknya berakhir dari Chevron Indonesia Company (CICo) pada Rabu 24 Oktober 2018.
”Alih kelola wilayah kerja dari Chevron ke Pertamina ini menjadi bagian cita-cita kami dalam mewujudkan world class energy company. Alih kelola ini juga diharapkan mampu meningkatkan perekonomian nasional,” ujar Direktur Utama Pertamina Hulu Indonesia Bambang Manumayoso di sela serah terima alih kelola kontrak Blok East Kalimantan- Attaka di Balikpapan, Kalimantan Timur.
Menurut dia, pengelolaan Blok East Kalimantan-Attaka di bawah entitas baru bentukan Pertamina, yakni PT Pertamina Hulu Kalimantan Timur. Perusahaan ini terbentuk sejak kontrak gross split Blok East Kalimantan dan Blok Attaka ditandatangani Pertamina pada April silam.
Baca Juga: Pertamina Gandeng Taiwan Bangun Pabrik Petrokimia USD6,49 Miliar
Adapun PT Pertamina Hulu Kalimantan Timur menjadi bagian dari anak usaha PT Pertamina Hulu Indonesia dengan pengelolaan mulai Kamis (25/10) sampai 25 Oktober 2038.
”Secara efektif, Pertamina Hulu Kalimantan Timur mulai aktif beroperasi pada 25 Oktober 2018. Di bawah Pertamina Hulu Kalimantan Timur dua blok ini diunitisasi menjadi satu,” kata dia.
Blok East Kalimantan- Attaka yang telah diunitisasi itu memiliki 15 lapangan. Ke- 15 lapangan tersebut yaitu Attaka, Melangin, Kerindingan, Serang, Sapi, Santan, Sepinggan, Sedandang, Seguni, Sejadi, Yakin, Mahoni, Bangkirai, Seturian, dan Pantai.
Berdasarkan data Pertamina hingga September 2018, produksi minyak dan kondensat Blok East Kalimantan- Attaka sebesar 13.220 barel minyak per hari (BOPD) dan gas sebesar 69,44 juta kaki kubik per hari (MMSCFD).
Baca Juga: Harga Premium Batal Naik, Pertamina: Masih Dibahas Pemegang Saham
Sementara itu, total nilai investasi untuk komitmen pasti blok ini sebesar USD79,3 juta dengan bonus tanda tangan yang disetor Pertamina di blok ini sebesar USD1 juta.
Dana investasi itu untuk studi eksplorasi, pengeboran eksploitasi, workover dan well services, studi GRRP dan pengeboran eksplorasi.
Sesuai rencana kerja dan anggaran (work, plan and budget/WP&B) Pertamina pada 2019 merencanakan pengeboran tiga sumur pada kuartal IV/2019 dengan 37 workover dan 308 well services yang diestimasi untuk produksi rata-rata per hari tahun depan untuk minyak 10.639 BOPD dan gas sebesar 59,4 MMSCFD.
”Kami akan terus berupaya menemukan cadangan baru karena usia sumur memang sudah tua. Tanpa cadangan baru, sulit untuk meningkatkan produksi,” tandasnya.
Baca Juga: Pendapatan Tergerus Rp26,30 Triliun, Pertamina Ajukan Kenaikan Harga BBM?
Pada kesempatan yang sama, Kepala Satuan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Amien Sunaryadi meminta Pertamina Hulu Kalimantan Timur sebagai operator baru dapat meningkatkan produksi serta menemukan cadangan baru.
Tak hanya itu, pihaknya juga meminta biaya operasional yang dikeluarkan lebih efisien. ”Kalau produksi bagus, biayanya rendah, maka penerimaan negara juga akan lebih besar. Pemda juga bagus karena dana bagi hasilnya meningkat,” kata dia.
Dia melanjutkan, alih kelola ini tidak hanya semata-mata memberikan keuntungan, tapi juga transfer kompetensi dan kemampuan bagi para karyawan. ”Sebagai pekerja hulu migas, tantangan terbesar ialah bagaimana meningkatkan produksi. Sementara produksi dapat ditingkatkan jika ada penemuan cadangan baru,” kata dia.
President Director Chevron Pacific Indonesia (CPI) Albert Simanjutak mengatakan, selama dua tahun ber mitra dengan Pertamina, SKK Migas dan pemerintah menunjukkan bahwa masa tran sisi sukses dilaksanakan termasuk nasib para karyawan.
Sebanyak 727 karyawan Chevron di Blok East Kalimantan dan Attaka secara resmi telah bergabung dengan Pertamina. Meskipun tidak seluruh karyawan Chevron di blok tersebut pindah ke Pertamina karena memang terdapat beberapa karyawan yang sudah memasuki masa pensiun. ”Hak pensiunnya dikelola oleh dana pensiun di bawah BUMN. Seluruh karyawan kami pastikan mendapat hak-haknya,” ujar dia.
Jatah Daerah
Terkait jatah daerah penghasil migas (participating interest/ PI) untuk Kalimantan Timur, Direktur Utama Pertamina Hulu Indonesia Bambang Manumayoso mengatakan masih dalam pembahasan bersama pemerintah, SKK Migas, Pemda, dan Pertamina.
Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi menambahkan, aspek PI 10% segera diwujudkan. Sebab itu, pihaknya meminta pemerintah daerah dapat membantu terkait perizinan dan isu sosial. ”Kami mohon bantuan untuk perizinan dan isu sosial ke pada pemerintah daerah.
Mohon supaya operator dibantu supaya lebih efisien, biaya operasi rendah sehingga dana bagi hasil akhir bisa dibagi lebih tinggi,” kata dia. Sementara itu, Asisten II Gubernur Bidang Perekonomian Kalimantan Timur Irwansyah berharap Pertamina dapat bekerja sama langsung dengan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) agar proses PI 10% da pat terwujud tanpa ada kesulitan.
”Tujuan participating interest supaya daerah dapat terlibat langsung memberikan dampak kepada daerah penghasil migas sehingga ekonomi lebih bisa berkembang dengan sebaik-baiknya,” kata dia.
Sebagaimana diketahui, bagi hasil minyak bagian pemerintah di blok tersebut sebesar 39% dan kontraktor 61%. Sementara bagi hasil gas pemerintah pada kontrak blok ini sebesar 34% dan kontraktor 66%. (Nanang Wijayanto)
(Dani Jumadil Akhir)