"Karena layanan kereta api di Indonesia itu ada layanan publiknya. Bayangkan kalau kereta swasta masuk tanpa ada kolaborasi, lalu dia ada gangguan, maka dia langsung memberhentikan layanannya. Kalau KAI kan tidak," katanya.
Selain itu, kepastian akan penunjukan KAI sebagai operator sangat ditunggu karena KAI harus melatih sumber daya manusianya. "Kami membutuhkan waktu untuk melatih SDM kami. Jika tidak segera dimulai pelatihannya, nanti saat pembangunan KCJB selesai di akhir 2019, SDM tidak siap," kata Edi.
Sementara itu, Direktur Utama Wika Tumiyana di mana perusahaannya selaku kontraktor pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung PT Wijaya Karya (Persero) Tbk mengatakan pembangunan konstruksi KCJB menunjukkan tren positif yang ditandai dengan telah selesainya akuisisi lahan 113 kilometer atau 80 persen dari total jalur KCJB sepanjang 142,3 kilometer.
"Masih ada sisa lahan sepanjang 29,3 kilometer akan segera dibebaskan dan dioptimalkan bagi fasilitas umum dan sosial," katanya.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)