SINGAPURA - Konflik dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China akan memicu efek domino kebijakan proteksionisme.
Perdana Menteri (PM) Malaysia Mahathir Mohamad memperingatkan itu saat para pemimpin Asosiasi Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) bertemu di Singapura. Mahathir menyatakan, negara-negara maju akan mengambil langkah jika protek sionisme terus menguat.
“Ketegangan dagang antara dua kekuatan dunia itu akan menciptakan efek domino yang akan memengaruhi reaksi perdagangan dan akan menjadi alasan bagi negara-negara maju lain nya mengadopsi langkah protektif terhadap negara-negara berkembang, termasuk negara-negara ASEAN,” ujar dia dalam forum bisnis kemarin, dikutip kantor berita Reuters.
Baca Juga: Perang Dagang dengan AS, Banyak Perusahaan 'Kabur' dari China
“Meningkatnya proteksionisme perdagangan, kebangkitan kembali gerakan-gerakan na sionalistis, dan kebijakan yang melihat ke dalam, tampaknya menguat di antara negara-negara ASEAN,” papar Mahathir lebih lanjut.
Pendapat Mahathir itu didukung tuan rumah KTT ASEAN, PM Singapura Lee Hsien Loong yang menyatakan, tatanan internasional pada titik persimpangan.
“Sistem multilateral yang berbasis aturan, terbuka dan bebas yang ada sekarang yang menjadi fondasi pertumbuhan dan stabilitas ASEAN telah mendapat tekanan,” tutur Lee yang menyatakan belum jelas apakah tatanan internasional itu akan pecah menjadi blok-blok yang saling bersaing.
 Baca Juga: Perang Dagang dengan Amerika, Begini Tak-Tik China "Bergerilya"
Pernyataan Mahathir itu muncul saat PM China Li Keqiang mengungkapkan nada lebih lunak terkait perang dagang. Li berharap kedua pihak akan menemukan cara untuk mencegah konflik itu semakin memburuk.
“Saya masih berharap kita dapat menggelar perundingan berdasarkan saling meng hormati, seimbang, dan saling menguntungkan untuk menyelesaikan isu itu. Tidak ada pemenang dalam perang dagang,” papar Li menjelang pertemuan dengan para pemimpin ASEAN.
Baca Juga: IMF: Perang Dagang AS-China Rugikan Pertumbuhan Ekonomi Global
Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Mike Pence akan hadir dalam pertemuan di Singapura itu menggantikan Presiden Donald Trump. Pemerintahan Trump berulang kali menegaskan bahwa berbagai pakta perdagangan multilateral yang ada sekarang tidak adil.
Trump juga terus mengecam China terkait tudingan pencurian hak kekayaan intelektual, memasang penghalang pada bisnis AS, dan mem pertahankan defisit perdagangan dengan Washington.
Tidak jelas apakah Li dan Pence akan bertemu di sela konferensi tingkat tinggi (KTT) ASEAN sebagai pendahuluan rencana pertemuan antara Trump dan Presiden China Xi Jinping pada akhir bulan di Buenos Aires.
Sebelum tiba di Singapura awal pekan ini, Li menyatakan China akan terus membuka perekonomiannya dalam menghadapi meningkatnya proteksionisme.