Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Digitalisasi Ancam Ratusan Juta Pekerjaan

Koran SINDO , Jurnalis-Minggu, 25 November 2018 |14:15 WIB
Digitalisasi Ancam Ratusan Juta Pekerjaan
Ilustrasi: Shutterstock
A
A
A

Untuk mewujudkan target tersebut, pemerintah menggenjot pendidikan dan pelatihan agar produktivitas dari tenaga kerja Indonesia menjadi lebih baik. Hanif juga menegaskan, pihaknya menaruh perhatian pada peningkatan keterampilan tenaga kerja bangsa agar memenuhi kebutuhan dunia usaha.

Menurut dia, partisipasi dunia usaha dalam investasi sumber daya manusia juga penting karena melalui sumber daya yang ada di industri, akan lebih cepat untuk melatih calon tenaga kerja bangsa menjadi terampil.

“Kita concern (peduli) pada pembangunan sumber daya manusia pada masa sekarang hingga ke depan sehingga keterlibatan banyak pihak, termasuk pihak swasta baik dari dalam maupun luar negeri untuk investasi sumber daya manusia di Indonesia itu juga kita beri ruang,” ujarnya.

Telah Mengurangi Pekerjaan

Pada tahun ini teknologi otomatisasi dan globalisasi telah mengurangi angka lapangan pekerjaan di bidang manufaktur, terutama di negara maju. Studi Fredy dan Osborne memprediksi hampir separuh karyawan di Amerika Serikat (AS) terancam kehilangan pekerjaan dalam 12 tahun ke depan.

Negara berkembang juga akan terkena dampaknya. Ekonom dari Bank Dunia, Jieun Choi, mengatakan bahwa otomatisasi mengambil alih sektor manufaktur di negara maju, penawaran dari emerging market .

“Hal ini sangat mencemaskan mengingat tingkat pengangguran anak muda juga masih sangat tinggi,” kata Choi. Ekonomi dunia, lanjut Choi, perlu menciptakan sekitar 600 juta pekerjaan baru dalam 14 tahun ke depan, terutama di negara Asia dan Afrika Sub-Sahara.

China dan India saja akan memiliki sekitar 500 juta calon pekerja muda pada 2030 dan 11 juta calon pekerja dari Afrika akan terus bermunculan setiap tahun. Choi mengatakan, teknologi otomatisasi tidak semuanya berdampak buruk terhadap pasar buruh.

Pada dasarnya kemajuan teknologi akan menciptakan lapangan pekerjaan baru yang tidak ada sebelumnya, bahkan biasanya jumlahnya lebih besar daripada pekerjaan yang hilang. Hal itu juga pernah terjadi sebelumnya.

“Sebagai contoh, di satu sisi, komputer menghapus beberapa pekerjaan, tapi di sisi lain juga membuka pekerjaan baru berbasis komputer, mulai dari pengembangan, operasi hingga program,” kata Choi. “Peluang seperti itu tidak pernah terbayangkan oleh masyarakat dalam dua atau tiga dekade yang lalu,” tambahnya.

Perubahan lanskap buruh sudah berubah sejak beberapa tahun lalu. Perusahaan seperti Google dan Apple telah mengubah bisnis musik hingga komunikasi, Amazon mengubah pasar ritel dan Uber mengubah industri taksi. Menurut para ahli, dengan teknologi baru, perusahaan dapat meraup untung lebih besar.

“Revolusi industri 4.0 merupakan peluang bagi sektor manufaktur AS untuk mengembalikan posisi yang membutuhkan skill ke dalam ekonomi nasional,” kata pengamat industri Aaron Ahlburn dari JLL seperti dilansir jilrealviews.com . “AS memiliki keuntungan ketika berbicara tentang buruh yang memiliki skill tinggi,” sambungnya. (Shamil/Ant)

(Rani Hardjanti)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement