JAKARTA - Belum berfungsinya jembatan penyeberangan multiguna (JPM) atau skybridge Tanah Abang, Jakarta Pusat, memicu kesemrawutan di Jalan Jatibaru Raya dan sekitarnya. Ratusan pedagang kaki lima (PKL) memenuhi trotoar dan badan jalan. Saat ini sekitar 850 PKL di sekitar kawasan Stasiun Tanah Abang berjualan tidak di tempatnya alias memadati jalur pedestrian dan badan jalan.
Dari 850 PKL, sebanyak 446 pedagang belum bisa dipindahkan ke skybridge lantaran belum terkoneksi dengan stasiun. “Sementara 149 PKL ditampung di Blok F dan di luar itu ada 200-an PKL. Mereka menyatu di kawasan Stasiun Tanah Abang. Kami berharap PT KAI segera mengujicobakan skybridge dengan stasiun,” ujar Wakil Wali Kota Jakarta Pusat Irwandi.
Baca Juga: Skybridge Tanah Abang Jadi Jembatan Integrasi Antarmoda
Menurut dia, upaya yang bisa dilakukan Pemkot Jakarta Pusat hanya mengamankan sekaligus menertibkan karena tidak ada lahan penampungan lain. Direktur Utama PD Pembangunan Sarana Jaya Yoori Pinontoan mengatakan, pembangunan jembatan penyeberangan multiguna di Jalan Jatibaru Raya sudah 100% dan hanya tinggal finishing pengecatan serta pemasangan casing. Skybridge baru akan berfungsi ketika sudah terkoneksi dengan Stasiun Tanah Abang. Tak heran 446 PKL yang rencananya menempati kios di skybridge belum bisa beroperasi. “Masih dalam pembahasan bersama PT KAI untuk perubahan gate penghubung,” ucapnya.
PT KAI meminta Pemprov DKI membangun fasilitas sosial (fasos) dan fasilitas umum (fasum) di skybridge . Adanya fasos-fasum menjadi syarat pembangunan akses penghubung agar tidak membebani stasiun. Pada prinsipnya, KAI terbuka untuk kebutuhan Pemprov DKI dalam mengintegrasikan skybridge ke stasiun. “Penumpang di Stasiun Tanah Abang mencapai 130.000 penumpang/hari dan stasiun merupakan public service sehingga dalam proses integrasi perlu dipertimbangkan kebutuhan-kebutuhan yang timbul akibat konektivitas tersebut,” ujar Senior Manager Humas PT KAI Daop I Jakarta Edy Kuswoyo.
Menurut Executive Vice President PT KAI Daop I Jakarta R Dadan Rudiansyah, permasalahan belum terhubungnya Stasiun Tanah Abang dengan skybridge bukan karena aset. Menurutnya, concern PT KAI dalam operasional skybridge itu adalah masalah keselamatan, keamanan, serta pelayanan penumpang. Terkait keamanan dan kebersihan, KAI dan PD Pembangunan Sarana Jaya akan berkoordinasi mengenai penempatan pengamanan di area-area tertentu termasuk penempatan toilet di skybridge. Untuk hilir mudik penumpang, KAI sedang mengevaluasi sekaligus mendetailkan pergeseran gate agar selaras dengan jembatan.
“Apabila gate eksisting tidak digeser, nanti hall di stasiun akan di penuhi pengunjung dan pedagang dari skybridge. Gate yang sekarang ada 13 itu akan maju mendekati skybridge. Nah, ini kami akan rekayasa lagi,” kata Dadan. Sekretaris Daerah (Sekda) DKI Jakarta Saefullah mengatakan, pembangunan skybridge berdasarkan penelitian dan kajian matang di lapangan. Seharusnya KAI membuka aksesnya agar terhubung dengan skybridge apabila tujuannya melayani masyarakat. Menurutnya kebijakan yang paling baik adalah melihat kondisi di lapangan. Skybridge hadir dalam mengeksekusi hasil penelitian dan kajian terbaik untuk melayani masyarakat pengguna transportasi kereta, khususnya yang menuju pusat grosir Tanah Abang.
Baca Juga: Akhir Oktober 446 Pedagang Kaki Lima Tempati Skybridge
“Kondisi lapangan itu, mobilisasi warga seperti apa di lapangan. Kalau minatnya ke situ (skybridge ), ya kita harus kasih jalan. Ini bukan soal kekuasaan, kita ini pemerintah pusat, pemerintah daerah. PT KAI hadir untuk melayani masyarakat,” ucapnya. Sementara itu, Ketua Fraksi PDIP DPRD DKI Jakarta Gembong Warsono menilai, kegaduhan yang terjadi di Tanah Abang akibat tidak adanya perencanaan matang dari Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dalam menata kawasan Tanah Abang.
“Skybridge itu proses pembangunannya ujug-ujug kan tidak melalui perencanaan, tidak melalui kajian matang sehingga akhirnya seperti itu. Jadi, suatu pembangunan yang tidak terencana dengan baik dan tak memiliki kajian matang, hasilnya seperti itu (berantakan),” ujarnya.
(Bima Setiyadi)
(Kurniasih Miftakhul Jannah)