JAKARTA- Rupiah mendapatkan kekuatan untuk keluar dari tekanan dolar Amerika Serikat (AS). Minggu ini, Rupiah menguat dari Rp15.200 per USD menjadi Rp14.252 per USD.
Penguatan Rupiah disebabkan oleh beberapa faktor seperti penurunan harga minyak dunia hingga berkurangnnya tekanan terhadap perekonomian dunia.
Baca Juga: Perjalanan Rupiah, Paling Terpuruk pada Oktober dan Kini Bertengger di Rp14.200-an
Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik UGM Tony Prasetiantono mengatakan, ada beberapa faktor eksternal yang paling menonjol di balik penguatan Rupiah. Faktor pertama soal harga minyak dunia yang kini turun menjadi USD60 per barel (Brent) dan USD50 per barel (WTI). Kedua suku bunga AS, saat ini suku bunga acuan 2,25% tinggal perlu 1-2 kali lagi menaikkan suku bunga acuan agar menuju ekuilibrium normal yang baru. Faktor ketiga meredanya perang dagang AS-China.
“Selain itu, perekonomiannya sudah mencapai titik jenuh, sehingga para investor global mulai mengalihkan lahan investasinya ke luar AS. Indonesia dipandang prospektif, lalu terjadilah capital inflow ke Indonesia. Maka USD melemah, Rupiah menguat,” ujar Tony Prasetiantono kepada Okezone, Selasa (4/12/2018).