Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Mengejar Target Investor Ritel Dua Kali Lipat

Koran SINDO , Jurnalis-Kamis, 20 Desember 2018 |11:36 WIB
Mengejar Target Investor Ritel Dua Kali Lipat
A
A
A

BERDASARKAN hasil survei yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2016, indeks literasi keuangan di sektor pasar modal hanya sebesar 4,4%, sedangkan indeks inklusi keuangan di sektor pasar modal masih sekitar 1,25%.

Angka ini jauh lebih kecil jika dibandingkan negara tetangga, seperti Malaysia yang mencapai 13% dan Singapura sebesar 30% dari populasi penduduknya. Untuk itu, seluruh pemangku kepentingan terus berusaha menggenjot tingkat inklusi maupun literasi keuangan masyarakat di Indonesia, khususnya di sektor pasar modal. PT Bursa Efek Indonesia (BEI) meyakini pertumbuhan jumlah investor ritel atau single investor identification (SID) hingga akhir tahun 2018 bisa bertambah 200.000. Namun, angka kenaikan itu merupakan rekor terbesar yang pernah terjadi sejak SID pertama dibentuk pada 2012 lalu. Direktur Pengembangan BEI Hasan Fawzi mengatakan, jumlah SID khusus saham sudah mencapai 827.000 investor hingga saat ini.

Baca Juga: Wapres Ingatkan Berhati-hati saat Investasikan Dana Haji

Sementara sejak akhir 2017 lalu, SID saham mencapai 628.491 investor dan pada 2016 sebanyak 535.994 investor. “Targetnya untuk tahun ini bertambah 130.000 investor, tapi kami optimistis bisa naik 200.000. Semua ini berkat edukasi dan sosialisasi yang kami lakukan bersama sekuritas dan emiten,” ujar Hasan. Target utama investor yang disasar, yakni generasi muda, khususnya segmen pekerja muda karena sudah siap berinvestasi saham. Selain itu, juga pihaknya mendorong edukasi di sekolah dan kampus sehingga berinvestasi sejak dini. “Investor ritel sangat dibutuhkan untuk penguatan pasar modal. Kami juga menyiapkan beberapa inisiatif baru untuk mendorong kemudahan investor ritel untuk masuk. Khususnya potensi dari luar Jawa seperti Kalimantan,” ujarnya.

IHSG Menguat 0,57 Persen ke Posisi 6.152,86  

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Hoesen menjelaskan, ada beberapa inisiatif yang disiapkan untuk pasar modal, seperti simplifikasi rekening efek dan rekening dana nasabah secara elektronik, tanda tangan digital, dan equity crowdfunding . Selain itu, juga ada rencana untuk ujian online dan sertifikasi bagi profesi dan elektronik bookbuilding untuk penawaran umum perdana secara elektronik oleh para investor. “Kita dorong seluruh SRO di pasar modal untuk melakukan automasi dan pemanfaatan IT demi mendorong investor ritel. Salah satunya broker dealer akan semakin luas di daerah karena ada ujian online . Mereka bisa berprofesi di daerah-daerah,” ujar Hoesen. Pertumbuhan investor ritel merupakan salah satu isu penting untuk pendalaman pasar modal.

Saat ini investor ritel Indonesia masih dangkal sehingga dinamika faktor global sangat mudah berpengaruh di dalam negeri. Perbandingan komposisi investor asing dan domestik sudah mulai berubah sejak 2014, karena asing menguasai porsi 59,29% telah menyusut menjadi hanya 44,7% pada Oktober 2018. Dengan demikian, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diharapkan tidak terlalu berdampak ketika terjadi sentimen di ekonomi global. Berdasarkan data dari Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), wilayah Sumatera menjadi wilayah kedua dengan jumlah investor terbanyak. Tercatat di kawasan ini jumlah investor mencapai 14,35% dengan total aset mencapai Rp 32,30 triliun atau hanya 1,51% dari total. Kemudian jumlah investor terbanyak ketiga berlokasi di kawasan Kalimantan yang mencapai 4,44% dari total.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement