Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Pengusaha Berharap Volatilitas Rupiah Terjaga

Pengusaha Berharap Volatilitas Rupiah Terjaga
(Foto: Shutterstock)
A
A
A

Bank Indonesia memang tengah gencar melakukan kerja sama penerapan kebijakan local currency settlement (LSC) dan bilateral swap dengan sejumlah negara untuk mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS dalam perdagangan ekspor impor. Menurut Shinta, penggunaan mata uang asing selain dolar tersebut memang akan sangat membantu dan dapat dimanfaatkan, seperti dengan China yang merupakan salah satu mitra dagang terbesar Indonesia.

"Kita kan sekarang dengan Tiongkok cukup besar dari segi volume perdagangannya. Jadi kalo kita lihat sederhana, penggunaan mata uang asing ekspor impor cukup besar. Jadi kalo kita bisa menggunakan mata uang lain selain US dolar, bisa sangat membantu. Kebetulan pemerintah sudah menandatangani, skala Indonesia Tiongkok. Jadi currency swap-nya sudah ada, ini bisa kita manfaatkan," ujar Shinta. Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia, nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS terus menguat mendekati level Rp14.000 per dolar AS. Rupiah pada Senin ini mencapai Rp14.105 per dolar AS, menguat dibandingkan akhir pekan lalu Rp14.350 per dolar AS.

Ekonom Samuel Sekuritas Ahmad Mikail di Jakarta, Senin, mengatakan dolar AS melemah terhadap mayoritas mata uang utama dunia, termasuk rupiah didorong oleh pernyataan Gubernur The Fed Jerome Powell yang cenderung untuk menunda kenaikan suku bunga atau melakukan kebijakan moneter longgar (dovish).

"The Fed menyatakan lebih bersabar dalam menaikan tingkat suku bunganya tahun ini dan lebih melihat arah pergerakan ekonomi Amerika Serikat sebelum mengambil keputusan untuk menaikan tingkat suku bunga," paparnya. Ia menambahkan kemungkinan akan adanya perundingan perdagangan antara Amerika Serikat-China pada 7-8 Januari di Beijing, turut menjadi faktor negatif bagi dolar AS. "Rupiah mendapatkan sentimen positif dari pelemahan dolar AS di pasar global itu," katanya.

Pengamat pasar uang dari Bank Woori Saudara Indonesia Rully Nova mengatakan data ekonomi Indonesia yang terbilang positif masih menjadi salah satu faktor yang mendorong nilai tukar rupiah kembali terapresiasi. "Pada awal tahun ini kita sudah disuguhi data inflasi yang terkendali, serta realisasi pendapatan negara dalam APBN naik dibandingkan tahun 2017," ujarnya. Menurut dia, pendapatan APBN yang meningkat menunjukan fiskal Indonesia yang sehat. Kondisi itu akan membuat investor melirik Indonesia sebagai tempat investasi.

(Widi Agustian)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement