JAKARTA – Mendorong percepatan modernisasi pelayanan pasar modal di era digital saat ini, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) bersama lembaga SRO lainnya tengah menyiapkan inovasi layanan baru agar terciptnya layanan yang efektif, efisien, wajar dan transparan. Teranyar layanan yang tengah ditunggu pelaku pasar modal adalah sistem electronic bookbuilding.
Bila tidak ada aral melintang, BEI menargetkan aplikasi dan sistem electronicbookbuilding (EBB) bisa rampung pada pertengahan tahun ini. “Saat ini kami tunggu Otoritas Jasa Keungan untuk peran kami seperti apa. Mungkin bisa maintenance aplikasi. Tentunya akan ada fungsi pengawasan dari BEI. Pengembangan aplikasi sendiri sudah dilakukan dari 2018,” kata Direktur BEI I Gede Nyoman Yetna dilansir dari Harian Neraca, Jumat (18/1/2019).
Baca Juga: IHSG Sepekan Melesat 1,3% ke 6.361 dengan Kapitalisasi BEI Rp7.218 Triliun
Asal tahu saja, BEI dan self regulatory organization (SRO) lain yakni PT Kustodian Efek Indonesia (KSEI) serta PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) didapuk untuk melakukan pengembangan terkait aplikasi dan infrastruktur electronic bookbuilding tersebut. Disampaikannya, BEI bersama SRO lain memang mendapatkan mandat untuk melakukan pengembangan sistem tersebut. Bahkan nantinya BEI pun akan berperan dalam proses bookbuilding.
Menurutnya, saat ini pihaknya tengah menunggu kewenangan yang diberikan kepada BEI pada saat aturan tersebut resmi dikeluarkan. Dengan adanya electronicbookbuilding ini, nantinya diharapkan proses bookbuilding dari saham-saham initial public offering (IPO) bisa memiliki persebaran yang lebih baik.
Sebagai informasi, selama ini BEI tidak memiliki kepentingan di pasar premier karena hanya fokus menyediakan platform untuk transaksi saham di pasar sekunder saja. Maka dengan hadirnya e-Bookbuilding, BEI diamanatkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk menyediakan platform untuk transaksi di pasar premier atas nama OJK.