Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Optimistis di Tengah Turunnya Proyeksi Ekonomi Global

Koran SINDO , Jurnalis-Rabu, 23 Januari 2019 |08:49 WIB
Optimistis di Tengah Turunnya Proyeksi Ekonomi Global
Menteri Keuangan Sri Mulyani (Foto: Okezone)
A
A
A

JAKARTA - Memasuki tahun 2019, Pemerintah akan fokus menjaga faktor-faktor pertumbuhan dan stabilitas ekonomi di tengah situasi global yang dipenuhi pesimisme. Konsumsi rumah tangga, dan investasi diharapkan menjadi tumpuan saat ekspor diprediksi mengalami tekanan karena pelemahan harga komoditas.

"Konsumsi rumah tangga tetap akan terjaga, demijuan juga inflasi. Investasi akan terjaga momentumnya pada level 7%, sementara perbankan cukup bagus. Mungkin akan ada tekanan terhadap harga komoditas sehingga akan memengaruhi dari sisi permintaan. Tapi kita berharap pertumbuhan akan terjaga di 5,3-5,4%," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani di Jakarta kemarin.

 Baca Juga: Wall Street Anjlok Tertekan Proyeksi Ekonomi Global Suram

Seperti diberitakan sebelumnya, Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) pada awal pekan ini mengumumkan revisi pertumbuhan ekonomi global tahun ini melambat menjadi hanya 3,5%, dibanding proyeksi sebelumnya 3,7%. Turunnya proyeksi tersebut didasarkan karena masih lemahnya pertumbuhan di sejumlah negara serta sentimen negatif akibat perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.

Lemahnya outlook perekonomian global sejalan dengan perlambatan ekonomi di China yang pada Senin (21/1) melaporkan perekonomianya hanya tumbuh 6,6% sepanjang 2018, terendah dalam 28 tahun terakhir.

Sentimen negatif juga muncul dari AS yang hingga kemarin masih belum juga menemukan jalan terbaik untuk menghentikan kebuntuan negosiasi anggaran tahunan. Pemerintah AS pimpinan Donald Trump belum sepakat dengan parlemen terkait anggaran 2019 sehingga menyebabkan shutdown berkepanjangan. Hingga kemarin, sudah 32 hari Pemerintahan AS tutup karena tidak ada anggaran yang cair.

 Baca Juga: Ekonomi Global Melambat, Ekspor Bisa Tertekan

Dengan mempertimbangkan segala kondisi eksternal tersebut, Pemerintah Indonesia berupaya menyakinkan para pelaku usaha dengan menyiapkan instrumen fiskal melalui insentif pajak.

"Kita berikan tax holiday, tax deductable, mobil listrik, berbagai insentif itu diharapkan akan menggerakan sektor riil sehingga pertumbuhan dijaga di 5,3% dan inflasi di level 3,5%," kata Sri Mulyani.

 Baca Juga: IMF Pangkas Proyeksi Ekonomi Global, Begini Reaksi Sri Mulyani

Menurut Sri Mulyani, ada hal lain yang bisa mengurangi kekhawatiran secara global yakni kebijakan Bank Sentral AS (The Fed) yang kemungkinan tidak akan menaikkan suku bunga secepat dulu. “Mereka akan lebih sabar menunggu. Itu bagus.Kita tidak akan menghadapi tekanan seperti tahun lalu," paparnya.

Menanggapi pernyataan IMF yang meminta negara-negara menurunkan rasio utang, menurut Sri Mulyani, hal tersebut tidak relevan terhadap kondisi di Indonesia. menrutnya, setiap negara memiliki rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) yang berbeda-beda.

"Ada negara maju seperti di Eropa yang bahkan rasio utanag terhadap PDB-nya sudah di atas 60%, 80%, bahkan di atas 100%. Negara-negara seperti itu, mereka pasti harus melakukan konsolidasi fiskal," tuturnya.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement