JAKARTA - Palembang sekarang ini memiliki angkutan transportasi massal berupa kereta layang ringan atau Light Rail Transit. Pembangunannya saat Gubernur Sumsel Alex Noerdin menjabat, bersamaan dengan ditunjuknya provinsi itu menjadi tuan rumah Asian Games 2018.
Memang tahap pertama angkutan massal itu digunakan sebagai sarana transportasi bagi peserta pesta olahraga yang diikuti 45 negara itu. Asian Games berlalu dan kni LRT dijadikan angkutan bagi masyarakat dan hingga kini masih disubsidi pemerintah pusat.
Masyarakat cukup ramai menggunakannya pada hari libur seperti Sabtu dan Minggu karena cenderung menjadi sarana wisata yang dari Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II menuju Jakabaring Palembang, melintasi Masjid Agung, Sungai Musi dan Jembatan Ampera.
Baca Juga: Rapat LRT Jabodebek, Menko Luhut: Masalah Tanah Belum Beres
Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru mengatakan, memang semua angkutan massal tetap disubsidi begitu juga kereta listrik di Palembang ini. Dia merasa bangga karena Sumsel memiliki angkutan massal modern pertama di Indonesia. Di depan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, dia juga menyampaikan bahwa selalu mengajak masyarakat menggunakan dan mencintai kereta listrik tersebut dalam setiap kesempatan. Selain itu angkutan massal itu perlu terintegrasi dengan sarana transportasi lainnya.
"Saya minta tolong sama Pak Menteri supaya tidak ada isu yang menyatakan subsidi akan dicabut, karena efeknya besar kepada masyarakat Sumsel," ujar dia dilansir dari Antaranews, Sabtu (23/2/2019).
Sebab,moda transportasi massal di mana pun, tidak untung. Karena itu dirinya komitmen akan berupaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat kota Palembang untuk dapat menggunakan moda transportasi ini dalam setiap aktivitasnya.
Pemerintah Provinsi akan duduk bersama dengan Kota Palembang untuk menyiapkan lahan kosong yang di peruntukan sebagai lahan kantong parkir kendaraan milik warga yang hendak menggunakan LRT. Menteri Perhubungan saat diskusi dalam kereta layang ringan dan dialog Ayo Naik LRT, mengatakan, kereta listrik di Sumsel tetap disubsidi. Meski di subsidi namun kereta tersebut akan dibuat skema atau konsep korporasi sehingga LRT ini bisa menghasilkan dengan sendirinya tanpa bantuan lagi. Bila sudah jalan, nantinya LRT bisa menghasilkan tentu subsidi akan dikurangi, namun tetap tidak akan menyusahkan masyarakat, katanya.
Â
"Saya tidak bilang sampai kapan, negara maju saja yang sudah puluhan tahun saja angkutan massal masih disubsidi pemerintah," katanya.
Ia pun menambahkan bahwa menurut data laporan selama tiga bulan setelah Asian Games penumpang rata-rata meningkat per harinya sebesar 13%.
"Yang lebih menggembirakan lagi kalau dulu LRT ramai saat hari libur, nah, sekarang penumpang akhir pekan menurun, tapi penumpang hari kerja meningkat tinggi bahkan meningkat sebesar 20% ini membuktikan bahwa masyarakat sudah bisa beralih," jelasnya.
Yang jelas LRT terus berbenah dan perlu kerja sama dalam pengoperasian kereta layang ringan yang masih menjadi kebanggaan masyarakat Sumsel itu.
Apalagi sekarang ini Palembang sudah macet sehingga angkutan alternatif tersebut sangat dibutuhkan, kata Menteri. Dalam dialog tersebut Menhub juga mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk menggunakan kereta layang ringan karena transportasi massal itu dapat menghindari kemacetan.