JAKARTA - PT Astra International Tbk mencatat laba bersih sepanjang 2018 sebesar Rp21,6 triliun atau naik 15% dibandingkan capaian tahun sebelumnya sebesar Rp18,8 triliun.
Laba bersih Grup meningkat pada tahun 2018, disebabkan peningkatan kontribusi dari segmen bisnis alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi, serta segmen bisnis jasa keuangan, yang kenaikannya melebihi dari penurunan kontribusi segmen agribisnis dan bisnis otomotif.
“Grup telah mencapai kinerja yang baik pada tahun 2018, tetapi situasi bisnis tahun 2019 tampaknya lebih menantang karena ketidakpastian kondisi makro ekonomi, pasar mobil yang sangat kompetitif dan penurunan harga komoditas," ujar Presiden Direktur Astra Prijono Sugiarto, dalam keterangan tertulisnya, Jakarta, Rabu (27/2/2019).
Baca Juga: Mantan CEO Reuni di Acara Launching Menara Astra
Pendapatan bersih konsolidasian Grup untuk tahun 2018 meningkat 16% menjadi Rp239,2 triliun, dengan pertumbuhan pendapatan pada hampir semua segmen bisnis, terutama darisegmen bisnis alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi, serta otomotif.
Nilai aset bersih per saham tercatat sebesar Rp3.383 pada 31 Desember 2018, 11% lebih tinggi dibandingkan posisi akhir tahun sebelumnya.
Utang bersih, di luar Grup anak perusahaan jasa keuangan, mencapai Rp13,0 triliun pada akhir tahun 2018, turun dibandingkan dengan nilai kas bersih sebesar Rp2,7 triliun pada 31 Desember 2017, hal ini disebabkan oleh investasi Grup pada bisnis jalan tol, konsesi tambang emas dan Go-Jek.