Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Google Akuisisi Chelsea Market Rp33 Triliun, Begini Cerita di Baliknya

Koran SINDO , Jurnalis-Jum'at, 22 Maret 2019 |17:16 WIB
Google Akuisisi Chelsea Market Rp33 Triliun, Begini Cerita di Baliknya
Ilustrasi: Reuters
A
A
A

NEWYORK – Perusahaan teknologi lambat laun mulai menjadikan Kota New York sebagai Lembah Silikon kedua.

Perusahaan raksasa teknologi internet Google baru-baru ini resmi mengakuisisi Chelsea Market dari Jamestown LP senilai USD2,4 miliar (Rp33 triliun). Namun, James town akan tetap menjadi pengelola gedung tersebut.

“Kami sepakat untuk bekerja sama dan memastikan transisi berjalan dengan mulus tanpa ada dampak terhadap masyarakat dan penyewa ruko di Chelsea Market,” ungkap Google dan Jamestown, seperti dikutip dari Bloomberg.com

Jamestown merupakan mitra Google dalam proyek pendirian laboratorium komputer di hunian Robert Fulton. Chelsea Market berada di sepanjang Ninth Avenue, seberang kantor pusat Google yang terletak di 111 Eighth Avenue. Kantor pusat Google itu juga dibeli dari Jamestown pada 2010.

Bangunannya terbentang dari 15th sampai 16th Streets dan dilaporkan lebih besar daripada Empire State Building, salah satu gedung paling fenomenal. Lantai atas seluas 110.000 meter persegi di Chelsea Market digunakan para penyewa untuk Food Network dan Major League Baseball Network.

Baca Juga: Google Didenda Rp24 Triliun karena Blokir Iklan Pesaing

Secara umum, Chelsea Market menjadi sarana food hall, shopping mall, rukan, dan fasilitas produksi televisi. Gedung tersebut aslinya dibangun di atas pabrik biskuit Oreo, Nabisco. Pembelian Chelsea Market merupakan tren terbaru perluasan bisnis perusahaan internet di New York.

Amazon, Facebook, Salesforce, dan Spotify juga membeli atau membangun gedung dengan skala besar. Ketenagakerjaan di firma teknologi pun tumbuh tiga kali lebih cepat dibandingkan sektor swasta yang lain di New York.

Seperti dilansir nytimes.com , jumlah lapangan pekerjaan di perusahaan teknologi bertambah lebih dari 50.000 sejak akhir resesi pada 2010. “Saat teknologi dan program baru masih berkembang, sektor teknologi modern berpusat di West Coast. Namun, hal itu kini sudah berubah,” ujar Scott Rechler, chairman firma RXR Realty.

Menurut Rechler, New York menawarkan peluang dan kesempatan yang bagus untuk mengembangkan bisnis dalam jangka panjang, mengingat New York merupakan kota majemuk, sibuk, dan global. Banyak orang yang membutuhkan layanan jasa dan produk teknologi. Selain itu, New York menjadi magnet para talenta muda AS.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement