Perseroan menggelontorkan belanja modal sebesar Rp527,84 miliar pada 2018, turun dari 2017 senilai Rp774,47 miliar. Sementara itu, beban kontrak konstruksi dan nonkonstruksi meningkat menuju Rp3,87 triliun dari sebelumnya Rp2,07 triliun. Laba kotor pada 2018 pun mencapai Rp813,05 miliar, naik dari 2017 senilai Rp388,85 miliar.
Kemudian untuk laba bersih, perseroan mengantongi sebesar Rp561,54 miliar atau melonjak 210,98% yoy dari sebelumnya Rp180,57 miliar. Laba per saham pun naik menuju Rp217,01 dari 2017 senilai Rp62,74.
Liabilitas perusahaan pada 2018 naik menjadi Rp2,45 triliun dari sebelumnya Rp1,95 triliun. Peningkatan itu terutama disebabkan membengkaknya liabilitas jangka pendek menuju Rp2,29 triliun dari sebelumnya Rp1,63 triliun.
Ekuitas perseroan mencapai Rp1,96 triliun pada 2018 dibandingkan sebelumnya Rp1,56 triliun. Total aset BUKK pun meningkat menuju Rp4,41 triliun dari sebelumnya Rp3,51 triliun.
Sebelumnya, perseroan dalam mengembangkan bisnisnya menyampaikan rencana membangun Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Sumatra dan Sulawesi. Dua power plan ini membutuhkan dana senilai Rp 11,2 triliun untuk masa pembangunan selama enam tahun.